BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Di seluruh dunia, tembakau adalah salah
satu penyebab paling penting untuk kecacatan, penderitaan, dan kematian
prematur. Di banyak negara, tembakau *bahkan menjadi penyebab yang paling
penting. Padahal, hampir merupakan satu-satunya di antara aneka penyebab
gangguan kesehatan, tembakau juga merupakan satu-satunya yang pada prinsipnya
dapat sepenuhnya dicegah. (Simpson, 2009)
World Health Organization (WHO) 2008,
di antara lebih dari 1 milyar perokok yang hidup saat ini, 500 juta akan
terbunuh oleh tembakau. Dengan kecenderungan saat ini, anatara 2005 dan 2030,
175 juta orang bakal terbunuh, berarti lebih dari elapan juta kematian per
tahun. Tembakau adalah faktor resiko dalam 6 dari 8 penyebab utama kematian.
Dua per tiga dari semua perokok yang tinggal di seluruh Negara. (Simpson, 2009)
Berdasarkan data GYTS 2006 yang
diselenggarakan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) terbukti jika 24,5% anak
laki-laki dan 2,3% anak perempuan berusia 13-15 tahun di Indonesia adalah
perokok, dimana 3,2% dari jumlah tersebut telah berada dalam kondisi ketagihan
atau kecanduhan. imamsyah, 2008)
WHO 1997, memperkirakan sekitar 47%
laki - laki dan 12% perempuan merokok. Meskipun angka merokok di negara -
negara berpenghasilan tinggi cenderung menurun, dengan kecenderungan global
saat in: jumlah perokok diperkirakan meningkat dari 1,1 milyar menjadi 1,6
milyar pada tahun 2025. Di negara- negara berpenghasilan tinggi sebagian besar
~ ulai merokok pada usia remaja, Di negara - negara berpenghasilan rendah, sebagian
besar mulai merokok pada avval 20-an, tetapi puncak usia mulai merokok sedang
bergeser ke usia yang lebih muda. (Simpson, 2009)
Tahun 2030 diperkirakan 10 juta
kematian selama 1 tahun disebabkan karena kebiasaan merokok di seluruh dunia
dan secara global sekitar 80.000 -100.000 remaja mulai merokok setiap harinya.
(Imamsyah, 2008)
Tembakau menelan biaya perawatan
kesehatan yang besar, kehilangan produktivitas dan tentunya biaya tidak terukur
untuk mengatasi sakit dan penderita yang timbul pada perokok, perokok pasif dan
keluarga mereka. i Syahdrajat, 2007)
Kebiasaan merokok merupakan kausa
kematian tinggi yang menjadi masalah kesehatan dunia yang benar - benar
menyedihkan. Kita juga harus ingat bahwa sangat banyak perokok mengalami
penderitaan bertahun - tahun sebelum meninggal. Rata - rata kehilangan hidup di
antara perokok adalah delapan tahun. Bagi mereka yang meninggal pada usia
pertengahan, kehilangan hidup ini bias mencapai 22 tahun. (Damayarni, 2008)
Dalam sepuluh tahun terakhir, komsumsi
rokok di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 44,1% dan jumlah perokok
mencapai 70% penduduk Indonesia. Di Indonesia yang cukup memperhatikan adalah
tingginya kecenderungan merokok dikalangan generasi muda. (Pratama, 2009)
Pada tahun 2000 Global Youth Tobacco
Survey (GYTS) telah melakukan survei di 3 kota besar yaitu Jakarta, Medan, dan
Bekasi. Jumlah rokok terbanyak dilaporkan di Jakarta yang diikuti oleh kota
lainnya. Di Jakarta. Bekasi, dan Medan ditemukan bahwa remaja telah merokok
sejak duduk di bangku SMP masing - masing 34%, 33%, dan 34,9%. Peningkatan
kebiasaan merokok di Jakarta yang tertinggi juga terlihat pada data Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada tahun 2004, proporsi perokok paling besar
ditemukan pada kelompok social ekonomi tinggi ( 36 - 37 %). (Damayami, 2008)
Penelitian yang dilakukan GYTS pada
tahun 2001 pada data survei Sosial Ekonomi Badan Pusat Statistik (BPS) 2001,
sebahagian besar perokok r/.ulai merokok ketika mereka masih anak - anak atau
remaja. Sebanyak 58.93% perokok mulai merokok pada usia 15 — 19 tahun dan 94,6%
pada usia 10 - 14 tahun. Yang paling mengkhawatirkan dari penelitian ini
didapatkan usia terendah mulai merokok adalah usia 5 tahun. Usia 15-19 tahun di
Indonesia pada umumnya adalah usia siswa Sekolah Menengah Pertama ;SMP).
(Damayami, 2008)
Berdasarkan hal yang diuraikan diatas
maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap,
perilaku siswa - siswa SMPN 39 Barrang Caddi Makassar terhadap Rokok.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas maka
diperlukan penelitian mengenai
gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku siswa - siswi terhadap Rokok. Oleh
karena itu, maka masalah yang dapat dijabarkan dalam rumusan:
a.
Bagaimana pengetahuan
siswa - siswi SMPN 39 Barrang Caddi Makassar terhadap Rokok ?
b.
Bagaimana sikap siswa
- siswi SMPN 39 Barrang Caddi Makassar terhadap
Rokok ?
c.
Bagaimana perilaku
siswa - siswi SMPN 39 Barrang Caddi Makassar terhadap Rokok ?
1.1
Tujuan Penelitian
1.1.1
Tujuan
Umum Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku siswa - siswi SMPN 39
Barrang Caddi Makassar terhadap Rokok.
1.1.2
Tujuan
Khusus Penelitian
Tujuan
khusus dari penelitian ini adalah:
a. Untuk
mengetahui gambaran pengetahuan siswa – siswi SMPN 39 Barrang Caddi Makassar
terhadap rokok
b. Untuk
mengetahui gambaran sikap siswa - siswi SMPN 39 Barrang Caddi Makassar terhadap
rokok
c. Untuk
mengetahui gambaran perilaku siswa - siswi SMPN 39 Barrang Caddi Makassar
terhadap rokok.
1.2
Manfaat
Penelitian
a.
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam upaya meningkatkan
kesadaran siswa - siswi SMPN 39 Barrang Caddi Makassar terhadap rokok dan ikut berperan dalam menyukseskan
hari tanpa tembakau sedunia
b.
Manfaat Bagi Peneliti
Sendiri
Merupakan
pengalaman berharga dan
wadah latihan untuk memperoleh wawasan dan pengetahuan
dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan yang telah diterima selama kuliah.
c.
Manfaat Bagi SMPN 39
Barrang Caddi Makassar.
Sebagai bahan masukan dalam perencanaan upaya perubahan
pengetahuan, sikap dan perilaku siswa - siswi SMPN 39 Barrang Caddi Makassar
terhadap rokok.
d.
Manfaat Bagi
Organisasi Kesiswaan di
SMPN 39 Barrang
Caddi Makassar
Diharapkan
dapat meningkatkan kesadaran akan bahaya rokok bagi kesehatan dan semakin aktif
dalam menyukseskan hari tanpa lembakau sedunia di lingkungan sekolah.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Pengetahuan
(Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu,
dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindran terhadap suatu objek
tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Dari pengalaman dan penelitian
dibuktikan bahwa perilaku yang disadari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut Rogers (1974)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru),
di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni: Awareness,
Interest, Evaluation, Trial., Adoption (Notoatmodjo, 1996).
Perubahan perilaku subjek terhadap
rokok dimulai dari subjek mengenal dan mengetahui rokok terlebih dahulu
(Awareness), selanjutnya subjek mulai tertarik terhadap rokok (Interest),
setelah itu subjek mulai menimbang-menimbang keuntungan dan kerugian dari rokok
terhadap dirinya Evaluation), kemudian subjek mulai mencoba berperilaku merokok
(Trial), dan akhirnya subjek telah berperilaku baru berupa merokok yang telah
disesuaikan dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap rokok
.Adoption).
Pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif menurut Notoatmodjo (1996) mempunyai 6 tingkatan, yaitu: a. Tahu
(know) b. memahami (comprehension) c. Aplikasi (application) d. Analisis
(analysis) e. 5 _z:eiis (synthesis) f. Evaluasi (evaluation)
Pada tingkat pengetahuan, tahu (know)
adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah, disini subjek mengetahui apa itu
rokok dan rokok telah dikenal atau dipelajari sebelumnya. Subjek akan dapat
menyebutkan, menguraikan ataupun mendefinisikan secara benar apa yang dimaksud
dengan rokok, misalnya: seseorang mengetahui apa itu rokok, jenis-jenis rokok
yang ada dijual, ataupun menjelaskan rokok itu dari sudut pandangnya. Memahami
(comprehension) merupakan tingkat yang lebih tinggi dari tahu, disini subjek
memiliki kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan rokok secara
benar. Aplikasi (application), disini subjek mampu menggunakan pengetahuannya
akan rokok dalam kondisi atau situasi yang sesungguhnya, misalnya: seseorang
yang telah mengerti akan bahaya asap rokok, dia akan keluar dari ruangan yang
penuh dengan asap rokok tersebut guna menjaga kesehatannya. Pada tingkat
analisis (analysis), subjek memiliki kemampuan untuk menjabarkan rokok lebih
spesifik. Pada tahap ini subjek mulai menganalisis efek-efek dari asap rokok
terhadap kesehatan maupun keuntungan dan kerugian dari asap rokok. Sedangkan
pada tingkat sintesis (synthesis), subjek mulai menghubungkan efek-efek dari
asap rokok, kandungan didalam rokok dengan timbulnya penyakit, misalnya:
kanker, penyakit jantung maupun PPOK. Akhirnya pada tingkat evaluasi
(evaluation), subjek membuat keputusan berdasarkan tahapan pengetahuan terhadap
rokok, dimana subjek akan menanggapi rokok secara positif maupun negatif.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin
diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di
atas.
2.2
Sikap
(Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respons
yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dari
batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak
dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Menurut
Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap
merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai
suatu penghayatan terhadap objek.
Menurut Allport (1954) menjelaskan
bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok; a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan
konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap
suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama
membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh
ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan,
yaitu: menerima ; reiciving), merespon (responding), menghargai (valuing),
bertanggung jawab i responsible) (Notoatmodjo, 1996). Sikap dimulai dari subjek
mau dan memerhatikan rokok sebagai stimulus yang diberikan, kemudian subjek
akan merespon rokok. Selanjutnya, subjek mulai tertarik terhadap rokok,
biasanya objek mulai berbagi pendapat atau berdiskusikan akan rokok terhadap orang
disekitamya. Akhirnya subjek akan membuat pilihannya terhadap rokok dengan
segala risiko.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara
langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana
pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung
dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan
pendapat
2.3
Perilaku
Perilaku adalah
tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang
sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,
kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari Uraian ini dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,
baik yang diamati langsung, maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar
(Notoatmodjo, 2007).
Menurut
Skinner, seperti yang dikutip oleh (Notoatmodjo 2007), merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya
stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka
teori Skinner ini disebut teori "S-O-R" atau Stimulus - Respon.
2.3.1 Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Lawrence Green (1980) dalam
(Notoatmodjo 2007), faktor-:£•,.;: yang mempengaruhi perilaku, antara lain :
a.
Faktor predisposisi
(predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keyakinan, nilai - nilai dan sebagainya.
b.
Faktor pendukung
(enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak
tersedianya fasilitas - fasilitas atau sarana – sarana kesehatan. misalnya Puskesmas,
obat - obatan, alat - alat steril dan sebagainya, ; Faktor pendorong
(reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan re--laku petugas kesehatan
atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
2.4
Rokok
Rokok adalah
hasil olahan tembakau terbungkus yang meliputi kretek dan rokok putih yang dihasilkan dari tanaman Nicoliana labacum, Nicoliana rustica dan
spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau
tanpa bahan tambahan.
Rokok
mengandung lebih dari 4000 senyawa kimia, dimana 60 diantaranya bersifat
karsinogenik. Sampai sekarang belum ada batas jumlah yang pasti dengan terpaparnya
asap rokok untuk menimbulkan penyakit. Tetapi dari bukti yang ada, terpaparnya
dengan asap rokok dalam waktu yang lama akan meningkatkan resiko yang fatal
untuk kesehatan. Lebih dari 85% penderita Ranker paru adalah perokok, berikut
juga adanya hubungan dengan penderita kanker mulut, faring, laring, esofagus,
pankreas, serviks, ginjal, ureter, kandung kemih dan kolon. Leukemia juga
merupakan salah satu penyakit yang dapat timbul akibat asap rokok.
Dari hasil
penelitian ditemukan bahwa rokok dapat meningkatkan resiko penyakit
kardiovaskuler termasuk stroke, sudden death, cardiac arrest, peripheral
vascular disease dan aorta aneurysm. Banyak komponen yang terkandung didalam
.rokok yang bersifat ciliotoxic dimana sifatnya mengiritasi dinding dari sistem
pernafasan yang menyebabkan merungkatnya sekresi mucus di bronkus, penyakit
pulmonal kronik, dan fungsi dari mucosilia.
Environmental Protection Agency
(EPA) pada tahun 1992 melaporkan bahwa dari hasil penelitian mereka didapatkan
bahwa perokok pasif atau secondhand smoke atau environmental tobacco smoke
(ETS) mempunyai resiko yang sama besar dibanding yang merokok (perokok aktif).
Menurut Budiantoro (2009) dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
(IAKMI) mengatakan, sebanyak 25 persen zat berbahaya yang terkandung dalam
rokok masuk ke tubuh perokok (perokok aktif), sedangkan 75 persennya beredar di
udara bebas yang berisiko masuk ke tubuh orang di sekelilingnya (perokok
pasif).
Konsentrasi zat
berbahaya di dalam tubuh perokok pasif lebih besar karena racun yang terhisap
melalui asap rokok perokok aktif tidak terfilter. Sedangkan racun rokok dalam
tubuh perokok aktif terfilter melalui ujung rokok yang dihisap. Namun
konsentrasi racun perokok aktif bisa meningkat jika perokok aktif kembali
menghirup asap rokok yang ia hembuskan. Racun rokok terbesar dihasilkan oleh
asap yang mengepul dari ujung rokok yang sedang tak dihisap. Sebab asap yang
dihasilkan berasal dari pembakaran tembakau yang tidak sempurna.
Di tinjau dari
segi asap rokok, asap rokok dibagi menjadi 2 kategori, yaitu mainstream smoke
(MS) dan sidestream smoke (SS). Mainstream smoke adalah asap yang dihisap oleh
perokok selama merokok melalui pipa rokok atau batang rokok sedangkan
sidestream smoke adalah asap rokok yang dihasilkan dari hasil pembakaran antara
rokok dengan pipa rokok atau batang rokok. Komposisi kimia yang dihasilkan dari
kedua asap rokok secara qualitatif adalah sama tetapi secara quantitatif
dijumpai perbedaan yang cukup signifikan antara MS dan SS. Sehingga dari hasil
percobaan didapatkan SS secara quantitas mengandung lebih banyak senyawa kimia
organik jika dibandingkan dengan MS. Jadi dari hasil studi ditetapkan bahwa
kemungkinan SS akan bersifat lebih karsinogenik dari pada MS walaupun pada
konsentrasi yang sama banyak.
Racun utama
pada rokok adalah nikotin, tar, dan karbon monoksida.
a.
Nikotin
Nikotin adalah
zat atau balian senyawa pirrilidin yang terdapat dalam Nicotiana tabacum,
Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang bersifat adiktif
dan dapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin bersifat sangat adiktif dan
beracun, tidak berwarna. Nikotin yang dihirup dari asap rokok masuk ke
paru-paru dan masuk ke dalam aliran darah kemudian masuk ke dalam otak perokok
dalam tempo 7-10 detik. Nikotui yang terkandung dalam rokok adalah sebesar
0.5-3 nanogram, dan semuanya diserap sehingga di dalam cairan darah ada sekitar
40-50 nanogram nikotin setiap 1 mlnya. Nikotin bukan merupakan komponen
karsinogenik. Hasil pembusukan panas dari nikotin seperti dibensakridin, dibensokarbasol,
dan nitrosaminelah yang bersifat karsinogenik. Pada paru-paru, nikotin akan
menghambat aktivitas silia. Selain itu, nikotin juga memiliki efek adiktif dan psikoaktif.
Seketika itu, nikotin merangsang terjadinya sejumlah reaksi kimia yang mempengaruhi
hormon dan neurotransmitter seperti adrenalin, dopamine, dan insulin. Sehingga
membuat sensasi yang nikmat pada rokok seketika tetapi sensasi ini hanya
berlangsung seketika.
(1)
Nikotin terhadap
Adrenalin
Ketika
seseorang menghirup asap rokok, nikotin yang terdapat didalam rokok tersebut di
absorbsi dengan cepat ke dalam darah dan mulai mempengaruhi otak dalam tempoh
kurang dari 10 detik. Akibatnya adalah dilepasnya adrenalin dan terjadi prinsip
fight or flight pada hormon. Secara fisik, adrenalin meningkatkan detak
jantung, tekanan darah dan mengurangi aliran darah ke otot jantung. Ketika ini
semua terjadi, perokok akan terasa tergesa-gesa, bernafas dalam dan detak
jantung terasa kencang. Adrenalin juga membuat tubuh mengeluarkan glukosa dalam
jumlah yang banyak ke dalam aliran darah.
(2)
Nikotin terhadap Insulin
Nikotin juga menghambat pelepasan dari
insulin dari pankreas. Keadaan ini yang membuat lerjadinya hiperglikemia.
Akibat dari kadar glukosa yang tinggi di dalam darah, membuat perokok mengalami
penekanan nafsu makannya.
(3)
Nikotin terhadap Dopamine
Nikotin mengaktivasi jalur hadiah yang
ada diotak seperti yang terjadi pada kokain atau amphetamine walaupun dalam
tingkat yang lebih rendah. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nikotin
meningkatkan kadar dopamine di otak. Efek dari nikotin berlangsung sebentar
saja, oleh karena itu perokok haras terus merokok guna mempertahankan efek
sensasi dari nikotin dan untuk menghindar dari gejala putus nikotin. dan
keracunan nikotin dapat menyebabkan kematian. Tetapi bila kadar nikotin turun
di dalam darah, perokok akan merasa gelisa, tidak dapat tenang, ini disebut
gejala putus nikotin (Nicotine Withdrawal). Kadar nikotin yang terkandung di
dalam rokok dapat sangat bervariasi.
b.
Tar
Tar adalah senyawa polinuklir
hidrokarbon aromatika yang bersifat karsinogenik. Sejenis cairan berwarna
coklat tua atau hitam yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru,
sehingga dapat membuat warna gigi dan kuku seoiang perokok menjadi coklat,
begitu juga di paru-paru. Tar yang ada dalam asap rokok menyebabkan paralise
silia yang ada di saluran pernafasan dan menyebabkan penyakit paru lainnya
seperti emphysema, bronchitis kronik dan kanker paru. Sebelum tahun 1950, rokok
tidak menggunakan filter, tetapi setelah dari hasil penelitian didapati bahwa
tar dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker paru, sejak itu rokok sekarang
rata-rata menggunakan filter, karena dengan menggunakan filter, sedikit banyak
zat-zat kimia yang ada di asap rokok dapat tersaring di filter tersebut.
Konsentrasi tar yang ada dalam rokok dapat bervariasi, yaitu; (1) Rokok dengan
kadar tar yang tinggi, mengandung tar sekitar 22 mg. (2) Rokok dengan kadar tar
yang sedang, mengandung tar sekitar 15-21 mg. (3) Rokok dengan kadar tar yang
rendah, mengandung tar sekitar 7 mg atau lebih kecil.
c.
Karbon Monoksida (CO)
Karbon Monoksida adalah suatu zat
beracun yang sifatnya tidak berwarna dan tidak berbau. Unsur ini dihasilkan
oleh pembakaran tidak sempurna dari unsur zat arang/ karbon. Gas CO yang
dihasilkan sebatang tembakau dapat mencapai 3% - 6%, dan gas ini dapat dihisap
oleh siapa saja. Seorang yang merokok hanya akan menghisap 1/3 bagian saja,
yaitu arus tengah, sedangkan arus pinggir akan tetap berada di mar. Sesudah itu
perokok tidak akan menelan semua asap tetapi ia semburkan lagi keluar. Gas CO
mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah,
lebih kuat dibandingkan oksigen, sehingga setiap ada asap tembakau, disamping
kadar oksigen udara yang sudah berkurang, ditambah lagi sel darah merah akan
semakin kekurangan oksigen karena yang diangkut adalah CO dan bukan oksigen.
Sel tubuh yang kekurangan oksigen akan melakukan spasme, yaitu menciutkan
pembuluh darah. Bila proses ini berlangsung terus menerus, maka pembuluh darah
akan mudah rusak dengan terjadinya proses aterosklerosis (penyempitan).
Penyempitan pembuluh darah akan terjadi di mana - mana. Terpaparnya dengan CO
dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan hilangnya kesadaran sampai meninggal.
2.4.1 Rokok terhadap
Susunan Saraf Pusat
Nikotin yang diabsorpsi dapat
menimbulkan tremor tangan dan kenaikan berbagai hormone dan neurohormon
dopamine di dalam plasma. Berdasarkan rangsangannya terhadap chemoreceptors
trigger zone dari sumsum tulang belakang dan stimulasinya dari refleks vagal,
nikothi menyebabkan mual dan muntah. Di lain pihak, nikotin itu diterima oleh
reseptor asetilkolin nikotinik yang kemudian membaginya ke jalur imbalan dan
jalur adrenergik. Pada jalur imbalan, perokok akan merasakan rasa nikmat,
memacu sistem dopaminergik. Hasilnya, perokok akan merasa lebih tenang, daya
pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Sementara di jalur
adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian otak lokus
seruleus yang mengeluarkan serotonin, meningkatnya serotonhi menimbulkan
rangsangan senang sekaligus mencari tembakau lagi. Efek dari tembakau member!
stimulasi depresi ringan, gangguan daya rangkap, alam perasaan, alam pikiran,
tingkah laku dan fungsi psikomotor.
2.4.2. Rokok terhadap
Penyakit Kardiovaskuler
Pada seseorang yang merokok, asap
tembakau akan merusak dinding pembuluh darah. Kemudian, nikotin yang terkandung
dalam asap tembakau akan merangsang hormon adrenalin yang akibatnya akan
mengubah metabolisme lemak dimana kadar HDL akan menurun. Adrenalin juga akan menyebabkan
perangsangan kerja jantung dan menyempitkan pembuluh darah. Demikian
pula faktor stress yang akhirnya melalui jalur hormon adrenalin, menyebabkan
proses penyakit jantung koroner terjadi sebagaimana asap tembakau tadi. Seseorang yang stress yang
kemudian mengambil pelarian
dengan jalan merokok sebenarnya sama saja dengan menambah risiko terkena
jantung koroner. Sekitar 90% penderita arteritis obliteran pada tingkat III dan
IV umumnya akan lerkena penyakit jantung. Oleh karena proses penyempitan arteri
koroner yang mendarahi otot jantung, maka ketidakcukupan antara kebutuhan
dengan suplai menimbulkan kekurangan darah (ischemia). Bila melakukan aktifitas
fisik atau stress, kekurangan aliran meningkat sehingga menimbulkan sakit dada.
Penyempitan yang berat atau penyumbatan dari satu atau lebih arteri koroner
berakhir dengan kematian jaringan/komplikasi dari infark miokard termasuk irama
jantung tidak teratur dan jantung berhenti mendadak. Iskemia yang berat dapat
menyebabkan otot jantung
kehilangan kemampuannya untuk
memompa sehingga terjadi pengumpulan cairan di jaringan tepi
maupun penimbunan cairan di paru-paru. Orang yang merokok lebih dari 20 batang
tembakau/hari memiliki risiko 6 kali lebih besar terkena infark miokard
dibandingkan dengan bukan perokok. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab
utama dari kematian di negara-negara industri dan berkembang, yaitu sekitar 30%
dari semua penyakit jantung berkaitan dengan tembakau.
2.4.3. Rokok terhadap
Arteriosklerosis
Merokok merupakan penyebab utama
timbulnya penyakit mi, yaitu menebal dan mengerasnya pembuluh darah.
Arteriosklerosis menyebabkan pembuluh darah kehilangan elastisitas serta
pembuluh darah menyempit. Arteriosklerosis dapat berakhir dengan penyumbatan yang
disebabkan oleh gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah. Wanita yang
merokok dan menggunakan pil kontrasepsi mempunyai kemungkinan untuk menderita
penggumpalan pembuluh darah sekitar 10%. Dari 100 pasien yang menderita gangguan
sirkulasi pada tungkai bawah (Arleriosklerosis Obliterari), 99 diantaranya
adalah perokok. Ada 4 tingkat gangguan Arteriosklerosis Oblileran. yaitu: a.
Tingkat I : Tanpa gejala. b. Tingkal II : Kaki sakit saat latihan, misalnya
berjalan lebih dari 200m dan kurang dari 200m dan keluhan hilang bila
istirahat. c. Tingkat III : Keluhan timbul saat istirahat umunya saat malam
hari dan bila tungkai ditinggikan. d. Tingkat IV : Jaringan mati. Dalam stadium
mi tindakan yang mungkin adalah amputasi. Jika penyumbatan terjadi di percabangan
aorta daerah pfcrut akan menimbulkan sakit di daerah pinggang termasuk pula
timbulnya gangguan ereksi.
2.4.4. Rokok terhadap Tukak Lambung
Di dalam perut dan usus dua belas jari
terjadi keseimbangan antar pengeluaran asam yang dapat mengganggu lambung dengan
daya perlindungan. Tembakau meningkatkan asam lambung sehingga terjadilah tukak
lambung dan usus dua belas jari. Perokok menderita gangguan 2 kali lebih tinggi
dari bukan perokok.
2.4.5. Rokok terhadap
Bayi
Ibu hamil yang merokok mengakibatkan
kemungkinan melahirkan prematur. Jika kedua orang tuanya perokok mengakibatkan
daya tahan bayi menurun pada tahun pertama, sehingga akan menderita radang
paru-paru maupun bronkitis 2 kali lipat dibandingkan yang tidak merokok,
sedangkan terhadap infeksi lain meningkat 30%. Terdapat bukti bahwa anak yang
orang tuanya merokok menunjukkan perkembangan mentahiya terbelakang.
2.4.6. Rokok terhadap Otak dan Daya Ingat
Akibat proses aterosklerosis yaitu
penyempitan dan penyumbatan aliran darah ke otak yang dapat merusak jaringan
otak karena kekurangan oksigen. Kelainan tersebut dibagi menjadi 4 bentuk : a.
Tingkat I : Penyempitan kurang dari 75% tanpa disertai keluhan. b. Tingkat II :
Defisit neurologis sementara. c. Tingkat III: Defisit neurologis yang
menghilang disekitar 3 hari atau frekuensinya meningkat. d. Tingkat IV :
Terjadi infark otak yang lengkap dan menyebabkan defisit neurologis yang
menetap.
Studi tentang hubungan tembakau dan
daya ingat juga dilakukan baru-baru ini. Dari hasil analisis otak, peneliti
dari Neuropsychialric Institute University of California menemukan bahwa jumlah
dan tingkat kepadatan sel yang digunakan untuk berpikir pada orang yang merokok
jauh lebih rendah daripada orang yang tidak merokok.
2.4.7. Rokok terhadap
Impotensi
Pada laki-laki berusia 30-40 tahunan,
merokok dapat meningkatkan disfungsi ereksi sekitar 50%. Ereksi tidak dapat
terjadi bila darah tidak mengalir bebas ke penis. Oleh karena itu, pembuluh
darah harus dalam keadaan baik. Merokok dapat merusak pembuluh darah, nikotin menyempitkan
arteri yang menuju penis, mengurangi aliran darah dan tekanan darah menuju
penis. Efek ini meningkat bersamaan dengan waktu. Masalah ereksi ini merupakan
peringatan awal bahwa tembakau telah merusak area lain dari tubuh.
2.4.8. Rokok terhadap
Kanker
Insiden kanker paru mempunyai hubungan
antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari. Dikatakan bahwa, 1 dari 9
perokok berat akan menderita kanker paru. Dari laporan beberapa penelitian
mengatakan bahwa perokok pasif pun akan beresiko terkena kanker paru. Anak-anak
yang terpapar asap rokok selama 25 tahun pada usia dewasa akan terkena resiko
terkena kanker paru dua kali lipat dibandingkan dengan yang tidak terpapar, dan
perempuan yang hidup dengan suami/pasangan perokok juga terkena resiko kanker
paru 2-3 kali lipat. Diperkirakan 25% kanker paru dari bukan perokok adalah
berasal dari perokok pasif (Amin, 2006). Asap tembakau bertangggung jawab
terhadap lebih dari 85% kanker paru-paru dan berhubungan dengan kanker mulut,
faring, laring, csofagus, lambung, pankreas, mulut, saluran kencing, ginjal,
ureter, kandung kemih, dan usus. Tipe kanker yang umumnya terjadi pada
petembakau : a. Kanker kandung kemih. b. Kanker esofagus. c. Kanker pada
ginjal. d. Kanker pada pankreas. e. Kanker serviks. f. Kanker payudara.
Mekanisme kanker yang disebabkan
tembakau yaitu sebagai berikut: merokok menyebabkan kanker pada berbagai organ,
tetapi organ yang terpengaruil langsung oleh karsinogen adalah saluran nafas.
Sebagian besar karsinogen dalam asap tembakau ditemukan pada fase tar seperti
PAII dan fenol aromatik. Tembakau yang mengandung nitrosamine dan derivate
nikotin juga bersifat karsinogen karena mudah diabsorpsi ke dalam darah.
Berkembangnya pengetahuan tentang karsinogen meningkatkan usaha mengurangi
konsentrasi berbagai senyawa dan kadar tar menurun hampir 3 kali sejak tahun
1955. Pengurangan kadar senyawa tertentu dalam tembakau akan mengubah pola
merokok untuk memenuhi kebutuhannya.
2.4.9. Rokok terhadap Penyakit Paru Obstruksi
Menahun (PPOK)
Kebiasaan merokok mengubah bentuk
jaringan saluran nafas dan fungsi pembersih menghilang, saluran membengkak dan
menyempit. Seseorang yang menunjukkan gejala batuk berat selama paling kurang 3
bulan pada setiap tahun berjalan selama 2 tahun, dinyatakan mengidap bronkitis
kronik. Hal tersebut terjadi pada separuh perokok diatas umur 40 tahun.
Bronkus yang melemah kolaps sehingga
udara tidak bisa disalurkan dan alveoli melebar menimbulkan empisema paru-paru.
Teori hubungan rokok-PPOK yang saat ini digandrungi adalah peran keseimbangan
oksidan-anti oksidan dalam pemeliharaan intergritas paru. Oksidan berkemampuan
merusak sel parenkim serta jaringan ikat dan ekstraseluler, melalui sifatnya
sebagai bahan kimia yang elektrofilik reaktif. Asap rokok dapat meningkatkan
kadar oksidan melalui peningkatan sel radang antara lain makrofag alveolar meningkat
2-4 kali, netrofil meningkat 3-5 kali, hal yang mengakibatkan bertambahnya
kadar superoksida dan hidrogen peroksida.
Asap rokok juga bertindak sebagai
oksidan serla menekan aktifitas silia, dan dapat mengakibatkan hipertrofi mukus
(Alsagaff, 2006). Kerusakan saluran napas umumnya dan paru-paru pada khususnya
tersebut dipengaruhi oleh beberapa mekanisme di bawah ini sehingga terjadi
penyakit paru obstruksi kronik.
a.
Cedera Akibat Oksidasi
(1)
Oksidasi Langsung
Fase tar mengandung kuinon, radikal
bebas semikuinon dan hidrokuinon dalam bentuk matriks polimer. Fase gas
mengandung nitric oxide. Senyawa ini dapat mengubah oksigen menjadi radikal
bebas superoksida dan selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangan
merusak.
(2)
Oksidasi pada
Cell-mediated
Asap tembakau mengakibatkan peningkatan
jumlah neutrofil dan makrofag secara nyata pada petembakau yang secara normal
tidak terjadi pada bukan petembakau. Neutrofil dirangsang untuk melepas
protease dan oksigen dari radikal bebas. Petembakau mengalami penurunan kadar
vitamin E pada cairan alveolar, penurunan konsentrasi vitamin C dalam plasma
dan peningkatan superoksida dismutase (SOD) serta aktivitas katalase dalam
makrofag secara mencolok.
b.
Aktivasi Imunologik
Perokok mengalami peningkatan kadar
Immunoglobulin E serum. Penyebabnya belum diketahui tetapi peningkatan mencapai
hampir 2 kali lipat. Toksisitas dan kerusakan sel akibat oksidasi menimbulkan
kerusakan permeabilitas sel mukosa saluran napas, sehingga memudahkan alergen
untuk merangsang sel menjadi aktif secara imunologik.
Merokok akan meningkatkan aktivitas
subset limfosil T untuk menghasilkan Interleukin-4, suatu sitokin yang
merangsang pembentukan Imunoglobulin E. Hubungan kadar Immunoglobulin E dan
perburukan fungsi paru sudah terbukti pada asthma (penyempitan saluran napas),
tetapi hal ini belum terbukti jelas pada perokok yang tidak menderita asthma.
BAB
III
KERANGKA
KONSEP PENELITIAN
DAN
DEFINISI OPERASIONAL
3.1
Kerangka
Konsep Penelitian
Berdasarkan
tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
3.2
Definisi
Operasional
a.
Pengetahuan adalah
menilai pengetahuan subjek terhadap rokok, dampak atau efek dari merokok.
Keuntungan dan kerugian dari rokok dan bahayanya akan kandungan-kandungan yang
ada dalam rokok terhadap tubuh.
b.
Sikap adalah bagaimana
reaksi atau respon subjek yang masih tertutup terhadap rokok berdasarkan
pengetahuan akan rokok yang dimiliki subjek.
c.
Perilaku adalah
aktifitas dari subjek yang merupakan respon orang tersebut terhadap rangsangan
dari luar yaitu faktor faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok dan
dapat diamati secara langsung.
d.
Rokok adalah basil
olahan tembakau terbungkus yang meliputi kretek dan rokok putih yang dihasilkan
dari tanaman Nicotiana labacum, Nicoliana rustica dan spesies lainnya atau
sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.
3.3
Aspek
Pengukuran
a.
Pengukuran gambaran
pengetahuan siswa - siswi SMPN 39 Barrang Caddi Makassar mengenai rokok
dilakukan berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan oleh responden.
Instrumen yang digunakan berupa angket dengan jumlah pertanyaan sebanyak 10
pertanyaan. Bila jawaban responden benar akan diberi nilai 1, jika jawaban
salah diberi nilai 0. Sistem skoring yang diberikan pada tiap-tiap pertanyaan
adalah sebagai berikut:
Tabel
3.1
Skor
Pertanyaan pada Angket Pengetahuan
No.
|
|
Skor
|
1
|
S=l
|
TS=0
|
2
|
S=l
|
TS=0
|
3
|
S=l
|
TS=0
|
4
|
S=l
|
TS=0
|
5
|
S=0
|
TS=1
|
6
|
S=0
|
TS=1
|
7
|
S=0
|
TS=1
|
8
|
S=l
|
TS=0
|
9
|
S=0
|
TS=1
|
10
|
S=l
|
TS=0
|
|
|
|
Dengan memakai
skala pengukuran menurut Hadi
Pratomo dan Sudarti (1966) yaitu:
1. Baik,
bila jawaban responden benar >
75% dari total nilai angket pengetahuan.
2. Sedang.
bila jawaban responden benar antara 40-75% dari total nilai angket pengetahuan.
3. Kurang,
bila jawaban responden benar <40% dari total nilai angket pengetahuan.
Maka
penilaian terhadap pengetahuan responden yaitu :
1. Skor 8-10 : baik
2. Skor 4-7 : sedang
3. Skor < 3 : kurang
b. Pengukuran
sikap siswa - siswi SMPN 39 Barrang Caddi Makassar mengenai rokok dilakukan
berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan oleh responden. Instrumen yang
digunakan berupa angket dengan jumlah pertanyaan sebanyak 5 pertanyaan. Bila
jawaban responden setuju akan diberi nilai 1, jika jawaban tidak setuju diberi
nilai 0. Sistem skoring yang diberikan pada tiap-tiap pertanyaan adalah sebagai
berikut:
Tabel
3.2
Skor
Pertanyaan untuk Angket Sikap
No.
|
|
Skor
|
1
|
S=l
|
TS=0
|
2
|
S=l
|
TS=0
|
3
|
S=0
|
TS=1
|
4
|
S=l
|
TS=0
|
|
|
|
5
|
S=0
|
TS=1
|
|
|
|
Dengan kategori:
a. Positif:
Bila remaja mencapai skor 60% dari 5 pertanyaan mengenai sikap remaja
berdasarkan kusioner yang diajukan.
b. Negatif:
Bila remaja tidak mencapai skor 60% dari 5 pertanyaan mengenai sikap remaja
berdasarkan kusioner yang diajukan.
c. Bengij;kuran
gambaran perilaku siswa-siswi SMPN 39 Barrang Caddi Makassar mengenai rokok
dilakukan berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan oleh responden.
Instrumen yang digunakan berupa angket dengan jumlah pertanyaan sebanyak 10
pertanyaan.
BAB
IV
METODE
PENELITIAN
4.1
Jenis
Penelitian
Rancangan
penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
ini dilakukan terhadap sekumpulan objek biasanya cukup banyak, dalam jangka
waktu tertentu yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan
pengetahuan siswa - siswi SMPN 39 Barrang Caddi Makassar terhadap rokok. Pendekatan
yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dimana
pengambilan data dilakukan hanya sekali saja pada setiap responden.
4.2
Waktu
dan Tempat Penelitian
4.2.1. Tempat
Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMPN 39
Barrang Caddi Makassar Provinsi Sulawesi Selatan. Lokasi ini dipilih
berdasarkan evaluasi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti.
4.2.2. Waktu
Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama 1
bulan, sejak peneliti menentukan judul, menulis proposal, mengumpulkan data
hingga seminar hasil, yang berlangsung sejak bulan Juli - Agustus 2014
4.3
Populasi
dan Sampel
4.3.1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah
semua siswa (i) kelas VII, VIII, dan IX SMPN 39 Barrang Caddi Makassar dengan
jumlah 89 siswa (i) yang masih terdaftar pada saat penelitian dilakukan.
4.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang
akan diteliti. Perkiraan besar sampel yang diambil pada penelitian ini merujuk
pada Metodologi Penelitian Kesehatan oleh Notoatmodjo. Perkiraan besar sampel
diperoleh dengan menggunakan rumus :
Keterangan:
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d2 = Tingkat kepercayaan /
ketepatan yang diinginkan (0,1)
Jadi besarnya sampel pada
penelitian ini adalah :
Kriteria
inkluisinya adalah semua siswa - siswi kelas VII, VIII dan IX SMPN 39 Barrang
Caddi Makassar yang bersedia ikut dalam penelitian dan mengisi kuesioner.
Sedangkan,
kriteria eksklusinya adalah semua siswa kelas VII, VIII dan IX SMPN 39 Barrang
Caddi Makassar yang tidak mengisi kuesioner secara lengkap.
4.4
Metode
Pengumpulan Data
4.4.1
Data
Primer
Data primer adalah data yang berasal
dari sampel penelitian dan pengumpulan data dilakukan dengan metode angket.
4.4.2
Data
Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan
pihak sekolah yang berhubungan dengan jumlah siswa.
4.5
Metode
Analisis Data
Data dari
setiap responden akan dimasukkan ke dalam komputer oleh peneliti. Analisis data
yang diperoleh dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan Microsoft Excel
2010.
0 comments :