Blog Archive

Blog Archive

Powered by Blogger.

Labels

Labels

Pages - Menu

Saturday, April 13, 2013

ANALISIS BUTIR TES

Unknown     1:23 PM    



ANALISIS BUTIR TES


A.    Tujuan Analisis Butir
Analisis tes hasil belajar merupakan kegiatan penting dalam upaya memperoleh instrumen yang berkategori baik. Analisis ini meliputi (1) menentukan validitas dan realibilitas tes, dan (2) analisis butir (item analysis).
Menurut Thorndike dan Hagen (Purwanto, 1992) analisis terhadap buti tes yang telah di jawab siswa suatu kelas mempunyai dua tujuan yakni (1) jawaban-jawaban soal tersebut merupakan informasi diagnostik untuk meneliti pelajaran dari kelas itu dan kegagalan-kegagalan belajarnya, serta selanjutnya untuk membimbing ke arah cara belajar yang lebih baik; dan (1) jawaban terhadap soal dan perbaikan (review) soal-soal yang didasarkan atas jawaban-jawaban tersebut merupakan dasar bagi penyiapan tes-tes yang lebih baik.
Dengan melakukan analisis butir sedikitnya kita dapat mengetahui empat hal penting, yakni:
Ø  Bagaimana taraf kekuasaan setiap butir tes?
Ø  Apakah setiap soal memiliki daya pembeda baik?
Ø  Apakah setiap soal memiliki daya pembeda baik?
Ø  Sejauh mana tiap butir tes dapat mengukur hasil pembelajaran?

B.     Analisis Butir Tes Acuan Norma
Tujuan penilai acuan norma adalah untuk mengetahui posisi kemampuan seorang siswa di dalam kelompok. Misalkan ingin mengetahui kualitas instrumen tes objektif yang menggunakan acuan norma. Untuk itu, setelah instrumen tes tersebut kita buat (susun), maka kegiatan selanjutnya adalah sebagai berikut:
Ø  Berikan instrumen tes tersebut untuk dikerjakan siswa.
Ø  Periksa hasil pekerjaan siswa dan berikan skor. Butir yang benar diberi skor 1, sedangkan butir yang salah diberikan skor 0
Ø  Daftar skor setiap siswa dalam tabel, terurut dari yang tertinggi sampai dengan terendah (untuk menghitung reliabilitas)
Ø  Pilih 27% siswa yang mendapat skor tertinggi (disebut kelompok atas). Misalkan siswa yang mengikuti tes berjumlah 30 orang. Maka kita pilih 8 orang pada kelompok atas dan 8 orang pada kelompok bawah. Ini berguna untuk menghitung indeks kesuksesan, daya pembeda dan efektivitas option
Ø  Kemudian selain menghitung (menetapkan) reliabilitas dan validitas instrumen, kita perlu menentukan indeks kesukaran, daya pembeda, korelasi point biserial, dan efektivitas option.

Berikut akan diuraikan secara garis besar mengenai indeks kesukaran, daya pembeda, korelasi point biserial, dan efektivitas option secara contoh perhitungannya.
Ø  Tingkat Kesukaran
Suatu instrumen tes yang baik memiliki butir-butir dengan tingkat kesukaran yang proporsional. Maksudnya instrumen tersebut tidak didominasi butir-butir yang relatif mudah.
Tingkat kesukaran suatu butir tes dinyatakan dengan indeks kesulitan (difficulty indeks) bilangan tersebut adalah bilangan riel pada interval (kontinum) 0,00 – 1,00. Indeks kesukaran, (p) suatu butir ditentukan dengan rumus
Keterangan 
P   = Indeks Kesukaran
PH = Proporsi siswa kelompok atas yang menjawab benar butir tes
P1  = proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab benar butir tes


Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran adalah sebagai berikut

Tabel 6.1 Kriteria Indeks Kesukaran Butir 
Indeks Daya Pembeda
Kategori
           p  ≤ 0,25
Sukar
0,25 < p ≤ 0,75
Sedang
0,75 < p
Mudah

Untuk menentukan tingkat kesukaran, kita cukup memperhatikan data hasil tes dari kelompok bawah. Sebagai contoh, tabel 6.2 berikut menunjukkan hasil tes siswa kelompok atas dan kelompok bawah, serta persiapan perhitungan indeks kesukaran butir.  

Table 6.2 Tabel Persiapan Perhitungan Indeks Kesukaran Kelompok Atas

No.
Nama
Skor Tes Untuk Butir Nomor
Total (Xl)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
Fredi
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
11
2
Rosmi
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
10
3
Tanu
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
10
4
Jaya
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
9
5
Samy
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
9
6
Suro
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
9
7
Wisnu
1
0
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
7
8
Adin
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
9
Np. (Jumlah Bnr)
7
5
7
6
6
6
7
7
6
7
3
7

pH (Proporsi atas)
0,80
0,63
0,88
0,75
0,75
0,75
0,88
0,88
0,75
0,88
0,33
0,88








Kelompok Bawah

23
Susi
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
1
1
5
24
Lisa
0
1
1
0
0
0
1
0
1
1
0
0
5
25
Lusi
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1
0
4
26
Seli
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
1
0
4
27
Isul
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
1
1
5
28
Heru
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
3
29
Herry
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
3
30
Usi
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
2
Np. (Jumlah Bnr)
2
3
3
1
2
4
1
2
3
2
6
2

pH (Proporsi atas)
0.25
0.38
0.38
0.13
0.25
0.5
0.13
0.25
0.38
0.25
0.75
0.25


Dari data pada tabel 6.2 di atas dapat dihitung indeks kesukaran setiap butir tes, sebagai berikut:

            Untuk butir 1, p = = 0,565 (taraf kesukaran sedang)
            Untuk butir 2, p = = 0,505 (taraf kesukaran sedang)
            Untuk butir 3, P = = 0,63 (taraf kesukaran sedang)
Untuk butir 4, P = = 0,44 (taraf kesukaran sedang)
Untuk butir 5, P = = 0,50 (taraf kesukaran sedang)
Untuk butir 6, P = = 0,625 (taraf kesukaran sedang)




Ø  Daya Pembeda
Daya pembeda suatu butir menyatakan seberapa jauh kemampuan butir tersebut mampu membedakan antara kelompok testi (siswa) pandai dengan kelompok testi (siswa) lemah.
            Daya pembedaan (D) butir tes dihitung dengan rumus.
            D = PH - PL
            Keterangan
D    = Indeks Daya Pembeda
PH   = Proporsi Siswa kelompok atas yang menjawab benar butir tes
PL    = Proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab benar butir tes

Daya pembeda ini sekurang-kurangnya harus berkualitas cukup kriteria yang digunakan untuk menetukan indeks daya pembeda adalah sebagai berikut

Tabel 6.3 Penafsiran Indeks Daya Pembeda
Indeks Daya Pembeda
Kategori
0,40 < D
Butir sangat baik
0,30 < D ≤ 0,40
Butir baik
0,20 < D ≤ 0,30
Butir cukup
           D ≤ 0,20
Butir jelek

Dari, data pada Tabel 6.2 di atas dihitung indeks kesuksesan setiap butir tes, sebagai berikut
Untuk butir 1, p = 0,88 - 0,25 = 0,63     (daya pembedaan sangat baik)
Untuk butir 2, p = 0,63 - 0,38 = 0,25     (daya pembedaan cukup)
Untuk butir 3, p = 0,88 - 0,38 = 0,50     (daya pembedaan sangat baik)
Untuk butir 4, p = 0,75 - 0,13 = 0,62     (daya pembedaan sangat baik)
Untuk butir 5, p = 0,75 - 0,25 = 0,50     (daya pembedaan sangat baik)
Untuk butir 6, p = 0,75- 0,50 = 0,25      (daya pembedaan cukup)


Ø  Kelorasi Point Biserial
Satu situasi yang sering terjadi dalam analisis butir adalah jika pengembangan tes ingin mengetahui seberapa jauh hubungan antara jawaban pada suatu butir tes yang diskor secara dikotomis (0 dan 1) dengan skor total (atau kriteria lain yang memiliki distribusi secara kontinyu). Untuk keperluan ini digunakan rumus korelasi point berserial, yakni:
           
            Keterangan
   = koefisien korelasi point biserial
      = Rata-rata skor dari subjek yang menjawab benar untuk butir soal yang akan dicari validitasnya
      = Rata-rata skor total
St           = simpangan baku skor total
P         = Proposal siswa yang menjawab benar pada butir soal dinamakan
q          = proposal siswa yang menjawab salah pada butir soal dimaksud

Sebagai contoh, perhatikan kembali data tabel 3.6
Untuk butir 1,
                       
Menurut Nur (1987), nilai kriteria menimal korelasi point biserial ditetapkan pada 2 kekeliruan baku di atas nol, dimana

Keterangan:   
sp    = Kekeliruan
N    = Ukuran sampel
Dengan demikian, dalam kasus contoh di atas diperoleh
Sehingga dari 4 butir yang telah dihitung nilai korelasi point biserialnya di atas, hanya butir 2 dan 3 yang memenuhi kriteria minimal, sedangkan butir 1 dan 4 tidak memenuhi kriteria minimal

Ø  Efektivitas Option
Suatu option di katakan efektif jika memenuhi fungsi atau tujuan disajikan option tersebut. Option kunci dikatakan efektif jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
-          Jumlah pemilih sekolah atas harus lebih banyak dari jumlah pemilih kelompok bawah; dan
-          Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah lebih dari 25% dan tidak lebih dari 75% testi (siswa) pada kelompok atas dan kelompok bawah tersebut.

Selanjutnya  option pengecoh dikatakan efektif jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
Tabel 6.4 Sebaran Pilihan Option Pada Suatu Butir
Kelompok
Option
Omit
a
b
c
d
Atas
0
2
5
1
0
Bawah
1
1
3
2
1
-          Jumlah pemilih kelompok atas harus lebih sedikit (kurang) dari pemilih pada kelompok bawah;
-          Jumlah pemilih paling sedikit (minimal) 5% dari testi (siswa) pada kelompok atas dan kelompok bawah;
-          Jika testi (siswa) tidak memilih satu option pada butir tes tersebut (disebut omit), maka jumlahnya tidak lebih dari 10% jumlah siswa pada kelompok  atas dan kelompok bawah.

Sebagai contoh misalnya sebesar pilihan option pada suatu butir soal adalah sebagai berikut

Dari data pada tabel 6.4. dapat disimpulkan sebagai berikut
Ø  Option a sebagai salah satu option pengecoh berfungsi efektif sebab:
-          Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih kelompok bawah
-          Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah sebanyak 1 orang. In lebih dari 5% x 16 = 0,8
Ø  Option b sebab salah satu option pengecoh, tidak berfungsi efektif, sebab jumlah pemilih kelompok atas lebih banyak dari pada jumlah pemilih bawah
Ø  Option c sebagai option kunci berfungsi efektif, sebab
-          Jumlah  pemilih kelompok atas lebih dari jumlah pemilih kelompok bawah
-          Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah sebanyak 8 orang atau 50%, ini lebih besar dari 25% dan kurang dari 75%
Ø  Option d sebagai salah satu option pengecoh berfungsi efektif
-          Jumlah pemilih kelompok atas lebih banyak dari jumlah pemilih kelompok bawah
-          Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah sebanyak 3 orang. Ini lebih besar dari 5% x 16 = 0,8
Ø  Omit masih di bawah toleransi, karena jumlahnya hanya 1, tidak lebih dari 10% x 16 = 1,6

C.    Analisis Butir Tes Acuan Patokan
Tujuan penilaian acuan patokan adalah untuk mengetahui kemampuan seseorang menurut patokan tertentu. Syarat penilaian ini adalah (1) butir soal yang digunakan harus mencerminkan indikator kemampuan yang diharapkan (ditargetkan), dan (2) kemampuan yang diharapkan tersebut adalah kemampuan yang tidak dapat dikuasai siswa sebelumnya siswa mengikuti proses pembelajaran
Dalam analisis butir tes acuan patokan, yang perlu ditentukan (dianalisis) adalah (1) indeks kesukaran butir, (2) indeks sensivitas butir, dan (3) indeks persesuaian,  indeks kesukaran butir telah dibahas pada bagian analisis butir penilaian acuan norma, oleh karena itu tidak lagi dibahas pada bagian ini.
Ø  Indeks sensitivitas butir
Indeks sinsitivitas butir pada dasarnya merupakan ukuran seberapa baik tersebut membedakan antara siswa yang telah dan yang belum mengikuti KMB. Cox dan Vargas (Crocker dan Algina, 1986), memperkenalkan prosedur penentuan sensitivitas pembelajaran dengan cara memberikan pre-test dan post-tes kepada kelompok siswa yang sama. Statistik daya pembeda dinyatakan sebagai:
D = Ppost - Ppre
Keterangan
Ppost      = Proporsi yang menjawab butir soal secara benar pada post-test
PPre       = Proporsi yang menjawab butir soal secara benar pada pre-test 

Masih 30 siswa mengajarkan suatu tes yang terdiri atas 10 butir, sebelum dan sesudah pembelajaran. Hasil tes tersebut dan sensitivitas butirnya disajikan pada tabel berikut:
Indeks sensitivitas butir yang efektif berada di antara 0,00 – 1.00. Semakin besar indeks sensitivitas butir menunjukkan semakin besar keberhasilan pembelajarannya.
Ø  Indeks Persesuaian
Ada kalanya pengembangan tes perlu mengkaji kemiripan jawaban dari satu kelompok siswa terhadap setiap kemungkinan pasangan butir yang dibuat dengan spesifikasi sama. Untuk menentukan indeks persesuaian digunakan rumus.

Keterangan
n =  Banyaknya siswa keseluruhan
a =  Banyaknya siswa yang menjawab benar kedua butir
b = Banyaknya siswa yang menjawab salah satu butir 1, tetapi benar pada butir 2
c  = Banyaknya siswa yang menjawab benar butir 1, tetapi salah pada butir 2 
d  = Banyaknya siswa yang menjawab salah kedua butir


 Selanjutnya dapat pula ditentukan proporsi persesuaian yang menunjukkan kekonsistenan dalam menjawab kedua butir. Rumus yang digunakan adalah
P =
Keterangan
P = Proporsi persetujuan 
Selain itu, dapat pula ditentukan apakah taraf kesukaran butir sama dalam populasi siswa. Dengan kata lain, apakah kedua butir tes telah dipelajari siswa dengan cara yang sama baik; ataukah siswa secara signifikan tampil lebih baik pada satu butir dibandingkan dengan butir yang lain untuk itu digunakan rumus.

Misalnya dari hasil uji coba pada 60 siswa diketahui bahwa 30 siswa menjawab kedua butir dengan benar; 12 siswa menjawab butir satu salah tetapi butir dua benar; 8 siswa menjawab butir satu benar tetapi butir dua salah; dan 10 orang yang menjawab kedua butir salah. Data ini dapat dinyatakatan dalam tabel sel berikut

           


Butir 1


Butir 1

+
-

+
-
Butir 2
+
a
b
                       Butir 2
+
30
12
-
c
d
-
8
10

Sehingga didapatkan indeks persesuaiannya
a.       Indeks persesuaian


Nilai X2 ini lebih dari X2 tabel = 3,84 (untuk α = 0,05). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kedua butir tersebut mengukur hal (isi) yang benar.


b.      Proporsi persesuaian
Ini menunjukan bahwa terdapat konsistensi penampilan pada kedua butir tersebut bagi 66,7 % siswa

c.       Uji X2 untuk perbedaan taraf kesukaran butir
 

Nilai X2 ini kurang dari X2  tabel = 3,84 (untuk a = 0,05). Dengan demikian, taraf kesukaran kedua butir sama. Dengan kata lain, siswa telah belajar sama baiknya terhadap isi yang diukur oleh kedua butir.


D.    Kesimpulan
Analisis tes hasil belajar merupakan kegiatan penting dalam upaya memperoleh instrumen yang berkategori baik. Analisis tes bertujuan untuk mengidentifikasi butir-butir manakah yang termasuk dalam kategori baik, kurang baik, dan jelek. Analisis butir memungkinkan kita memperoleh informasi mengenai baik-tidaknya suatu butir, sekaligus memperoleh petunjuk untuk melakukan perbaikan.

0 comments :

© 2011-2014 TUGAS-TUGAS KAMPUS. Designed by Bloggertheme9. Powered by Blogger.