Blog Archive

Blog Archive

Powered by Blogger.

Labels

Labels

Pages - Menu

Thursday, April 11, 2013

makalah Mobilitas Sosial Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan

Unknown     10:58 AM    




Mobilitas Sosial Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan”



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam dunia modern, banyak orang berupaya melakukan mobilitas sosial. Mereka yakin bahwa hal tersebut akan membuat orang menjadi lebih bahagia dan memungkinkan mereka melakukan jenis pekerjaan yang paling cocok bagi diri mereka. Bila tingkat mobilitas sosial tinggi, meskipun latar belakang sosial berbeda. Mereka tetap dapat merasa mempunyai hak yang sama dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih tinggi. Bila tingkat mobilitas sosial rendah, tentu saja kebanyakan orang akan terkukung dalam status nenek moyang mereka. Mereka hidup dalam kelas sosial tertutup.
Mobilitas sosial lebih mudah terjadi pada masyarakat terbuka karena lebih memungkinkan untuk berpindah strata. Sebaliknya, pada masyarakat yang sifatnya tertutup kemungkinan untuk pindah strata lebih sulit. Contohnya, masyarakat feodal atau pada masyarakat yang menganut sistem kasta. Pada masyarakat yang menganut sistem kasta, bila seseorang lahir dari kasta yang paling rendah untuk selamanya ia tetap berada pada kasta yang rendah. Dia tidak mungkin dapat pindah ke kasta yang lebih tinggi, meskipun ia memiliki kemampuan atau keahlian. Karena yang menjadi kriteria stratifikasi adalah keturunan. Dengan demikian, tidak terjadi gerak sosial dari strata satu ke strata lain yang lebih tinggi. Jika kita berbicara tentang mobilitas sosial, biasanya kita berpikir tentang perpindahan dari suatu tingkat yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi.
Sesungguhnya, mobilitas sosial dapat berlangsung dalam dua arah. Sebagian orang mencapai status yang lebih tinggi, dan sebagian orang lagi mengalami kegagalan atau mengalami mobilitas sosial menurun. Ada pula orang-orang yang tetap tinggal pada status yang dimiliki oleh orang tua mereka, atau tidak mengalami mobilitas.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa defenisi dari Mobilitas Sosial?
2.      Bagaimana Mobilitas Sosial masyarakat pedesaan dan perkotaan?

C.    Tujuan Penulisan
Kami penulis makalah ini berharap pembaca dapat memperoleh tambahan pengetahuan mengenai mobilitas sosial sehingga nantinya dapat bermanfaat.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Mobilitas Sosial
Secara definisi, mobilitas berasal dari bahasa Latin mobilis, artinya mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Mobilitas sosial (social mobility) adalah suatu mobilitas dalam struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.
Mobilitas sosial (social mobility) secara umum adalah perpindahan individu, keluarga, atau kelompok sosial dari satu lapisan ke lapisan sosial lainnya.
Berikut adalah pengertian mobilitas sosial yang dikemukakan oleh beberapa ahli sosiologi.
v  William Kornblum (1918: 172)
Mobilitas sosial adalah perpindahan individu-individu, keluarga-keluarga, dan kelompok sosialnya dari satu lapisan ke lapisan sosial lainnya.
v  Michael S. Bassis (1988: 276)
Mobilitas sosial adalah perpindahan ke atas atau ke bawah lingkungan sosial ekonomi yang mengubah status sosial seseorang dalam masyarakat.
v  H. Edward Ransfrod (Sunarto, 2001: 108)
Mobilitas sosial adalah perpindahan ke atas atau ke bawah dalam lingkungan sosial secara hierarki.




Berikut adalah beberapa jenis mobilitas sosial berdasarkan tipenya, yaitu:
1.      Mobilitas sosial vertikal
Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan individu atau objek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Dilihat dari kemungkinan arah yang dapat dilakukan, maka mobilitas sosial vertikal dibedakan menjadi dua.
a)      Mobilitas sosial vertikal naik (social climbing mobility)
Mobilits sosial vertikal naik, artinya perpindahan seseorang ke kelas sosial yang lebih tinggi dari sebelumnya. Mobilitas sosial vertikal ke atas mempunyai dua bentuk yang utama, yaitu:
·         Masuknya individu-individu yang mulanya memiliki kedudukan      lebih rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi. Contoh, pak Erwin  adalah seorang guru sosiologi di salah satu sekolah SMA. Karena menuhi persyaratan, ia diangkat menjadi kepala sekolah.
·         Pembentukan suatu kelompok baru yang kemudian ditempatkan     pada derajat yang lebih tinggi dari kedudukan individu-individu pembentuk kelompok tersebut. Contoh, Pembentukan organisasi baru memungkinkan seseorang untuk menjadi ketua dari organisasi baru tersebut, sehingga status sosialnya naik.
b)      Mobilitas sosial vertikal turun (social sinking mobility)
Mobilitas sosial vertikal turun, artinya perpindahan seseorang ke kelas sosial yang lebi rendah dari sebelumnya. Mobilitas sosial turun terdiri atas dua bentuk utama, yaitu:
·         Turunnya kedudukan individu ke kedudukan yang lebih rendah dari sebelumnya. Contoh, seorang direktur suatu perusahaan turun statusnya menjadi operator mesin.
·         Turunnya derajat suatu kelompok individu yang dapat berupa disintegrasi kelompok dalam suatu kesatuan. Contoh, saat suatu perusahaan keluarga bangkrut karena perpecahan di antara pengelolanya, maka kelas sosial keluarga pemilik sebagai kelompok sosial akan turun ke kelas sosial yang lebih rendah dan bukan lagi kelas atas.
2.      Mobilitas sosial horizontal
Mobilitas sosial horizontal adalah peralihan individu atau kelompok sosial dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Misalnya:
a)      Berganti kewarganegaraan dari warga negara Malaysia menjadi  warga negara Republik Indonesia.
b)      Seorang guru sekolah SMA pindah menjadi guru sekolah SMK.
3.      Mobilitas sosial lateral/geografis
Mobilitas sosial lateral/geografis adalah perpindahan orang-orang, baik secara individu maupun kelompok, dari unit-unit wilayah (ruang) satu ke unit wilayah lain yang secara tidak langsung mengubah status sosial seseorang. Mobilitas sosial lateral ada dua, yaitu:
·         Mobilitas permanen, yaitu mobilitas yang bermaksud melakukan perpinddahan permanen/menetap.
·         Mobbilitas tidak permanen, yaitu segala bentuk mobilitas individu atau kelompok yang bersifat sementara, jangka pendek, dan tidak bermaksud pindah secara permanen.
4.      Mobilitas sosial struktural
Menurut bassis, mobilitas sosial struktural adalah mobilitas yang disebabkan oleh inovasi teknologi, urbanisasi, pertumbuhan ekonomi, peperangan, dan kejadian-kejadian lainnya yang mengubah struktur dan jenis kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Berikut adalah mobilitas sosial berdasarkan ruang lingkup, yaitu:
1.      Mobilitas intragenerasi
Mobilitas sosial intragenerasi adalah mobilitas sosial yang dialami seseorang selama masa hidupnya (dalam satu generasi). Misalnya, pengcer koran yang berhasil menjadi agen utama koran, seorang staf pengajar berhasil menjadi kepala sekolah tempat ia mengajar.
2.      Mobilitas antargenerasi
Mobilitas antargenerasi adalah mobilitas sosial yang terjadi antara dua generasi atau lebih. Mobilitas antargenerasi mengacu kepada keluarga sendiri dibandingkan dengan status sosial yang dimiliki orang tuanya.

B.     Faktor-Faktor Mobilitas Sosial
1.      Faktor-Faktor Pendorong Mobilitas Sosial
a.       Perubahan kondisi sosial
Struktur kasta dan kelas dapat berubah dengan sendirinya karena adanya perubahan dari dalam dan dari luar masyarakat. Misalnya, kemajuan teknologi membuka timbulnya mobilitas ke atas.
b.      Pembagian kerja
Besarnya peluang terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja yang ada. Jika tingkat pembagian kerja tinggi dan sangat dispeliasisasikan, maka mobilitas akan menjadi lemah dan menyulitkan orang bergerak dari satu strata ke strata yang lain karena spesialisasi pekerjaan menuntut keterampilan khusus. Kondisi ini memacu anggota masyarakat untuk lebih kuat berusaha agar dapat menempati status tersebut.
c.       Tingkat fertilitas (kelahiran) yang berbeda
Kelompok masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi dan pendidikan rendah cenderung memiliki tingkat fertilitas yang tinggi. Pada pihak lain, masyarakat kelas sosial yang lebih tinggi cenderung membatasi tingkat reproduksi dan angka kelahiran. Pada saat itu, orang-orang dari tingkat ekonomi dan pendidikan yang lebih rendah mempunyai kesempatan untuk banyak bereproduksi dan memperbaiki kualitas keturunan. Dalam situasi itu, mobilitas sosial dapat terjadi.
d.      Kemudahan dalam mengakses pendidikan
Jika pendidikan berkualitas mudah didapat, tentu mempermudah orang untuk melakukan pergerakan/mobilitas dengan berbekal ilmu yang diperoleh saat menjadi peserta didik. Sebaliknya, kesulitan dalam mengakses pendidikan yang bermutu, menjadikan orang yang tak menjalani pendidikan yang bagus, kesulitan untuk mengubah status, akibat dari kurangnya pengetahuan.
2.      Faktor-Faktor Penghambat Mobilitas Sosial
a.       Perbedaan ras dan agama
Mobilitas sosial dapat terhambat karena faktor  ras dan agama. Perbedaan ras menimbulkan perbedaan status sosial. Misalnya,  seperti yang terjadi di Afrika Selatan dimasa lalu, dimana ras berkulit putih berkuasa dan tidak memberi kesempatan kepada mereka yang berkulit hitam untuk dapat duduk bersama-sama di pemerintahan sebagai penguasa. Sistem ini disebut Apharteid dan dianggap berakhir ketika Nelson Mandela, seorang kulit hitam, terpilih menjadi presiden Afrika Selatan.
b.      Diskriminasi kelas dalam sistem kelas terbuka
Diskriminasi kelas dalam sistem kelas terbuka dapat menghalangi mobilitas ke atas. Hal itu terbukti dengan adanya pembatasan keanggotaan suatu organisasi tertentu dengan berbagai syarat dan ketentuan, misalnya jumlah anggota DPR dibatasi hanya 500 orang.

c.       Kemiskinan
Kemiskinan dapat membatasi kesempatan bagi seseorang untuk berkembang dan mencapai suatu sosial tertentu. Contoh, seorang anak memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahnya karena kedua orangtuanya tidak mampu membiayai, sehingga ia tidak memiliki kesempatan untuk meningkatkan status sosialnya.
d.      Perbedaan jenis kelamin (gender) dalam masyarakat
Perbedaan jenis kelamin dalam masyarakat juga berpengaruh terhadap prestasi, kekuasaan, status sosial, dan kesempatan-kesempatan untuk meningkatkan status sosialnya. Contoh, wanita yang hidup di desa yang masih sederhana merasa bahwa perannya hanyalah sebagai ibu rumah tangga.

C.    Mobilitas Sosial Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antarentitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
1.      Mobilitas Sosial Masyarakat Pedesaan
a.       Mobilitas sosial bisa saja tidak dapat terjadi karena terdapat sistem kelas sosial yang tertutup, seperti penggunaan kasta.
b.      Mobilitas sosial berjalan lambat karena saluran mobilitas sosial terbatas.
c.       Pada masyarakat pedesaan terdapat lebih banyak faktor-faktor yang menghambat mobilitas sosial, misalnya saja masih terdapat pembedaan jenis kelamin (gender).
d.      Mobilitas sosial pada masyarakat desa lebih sulit terjadi karena masyarakat desa cenderung tidak mau menerima sesuatu yang baru, sehingga pengetahuan masyarakat cenderung tidak berkembang.
e.       Pada masyarakat desa, yang terpenting bagi mereka adalah melakukan segala sesuatu sesuai dengan adat atau tradisi. Mereka tidak ingin melakukan inovasi ataupun perubahan, sehingga hampir tidak ada mobilisasi.
f.       Dengan adanya sistem kasta pada masyarakat desa, maka tertutuplah peluang bagi masyarakat kelas rendah untuk melakukan mobilisasi dari saluran manapun.

2.      Mobilitas Sosial Masyarakat Perkotaan
a.       Pada masyarakat kota tidak terdapat kelas sosial yang tertutup, sehingga setiap orang dapat dengan bebas melakukan mobilitas sosial.
b.      Saluran mobilitas sosial di kota sangat banyak, sehingga memungkinkan setiap penduduknya selalu melakukan mobilitas sosial dari berbagai saluran.
c.       Mobilitas sosial pada masyarakat kota berlangsung sangat cepat, hal ini disebabkan karena banyaknya saluran yang tersedia serta keinginan dari masing-masing individu yang ingin maju.
d.      Faktor penghambat mobilitas sosial yang ditemui pada masyarakat kota lebih sedikit jika dibandingkan dengan faktor pendorong mobilitas sosial.
e.       Penduduk kota selalu bersifat terbuka terhadap sesuatu hal yang baru, sehingga penduduk kota memiliki kesempatan yang lebih besar dalam melakukan mobilitas sosial.
f.       Masyarakat kota selalu bahkan senang melakukan inovasi, sehingga selalu terjadi mobilisasi pada masyarakat kota.
g.      Dengan tidak adanya sistem kasta pada masyarakat kota, maka tidak tertutup segala kemungkinan untuk melakukan mobilisasi.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dalam mobilitas sosial masyarakat pedesaan cenderung sulit untuk terjadinya mobilisasi karena masyarakat desa memiliki sifat masyarakat yang tertutup sehingga hal yang bersifat baru sulit merubah adat atau tradisi yang sudah ada dalam masyarakat pedesaan.
Sedangkan mobilitas sosial masyarakat perkotaan, masyarakatnya cenderung bersifat terbuka sehingga mobilitas sosial pada masyarakat kota berlangsung sangat cepat, hal ini disebabkan karena banyaknya saluran yang tersedia serta keinginan dari masing-masing individu yang ingin maju kemudian didukung dengan kondisi lingkung yang modern dan bersifat baru.

B.     Saran
Kami penulis sadar bahwa makalah kami ini jauh dari kata sempurna sehingga kami harapkan kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah kami ini.


DAFTAR PUSTAKA
Muin, Udianto. 2006. Sosiologi SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
www.Wikipedia.com/mobilitas sosial mayarakat pedesaan dan perkotaan  

1 comment :

  1. Kesimpulannya..Dalam mobilitas sosial masyarakat pedesaan cenderung sulit untuk terjadinya mobilisasi karena masyarakat desa memiliki sifat masyarakat yang tertutup sehingga hal yang bersifat baru sulit merubah adat atau tradisi yang sudah ada dalam masyarakat pedesaan.
    Sedangkan mobilitas sosial masyarakat perkotaan, masyarakatnya cenderung bersifat terbuka sehingga mobilitas sosial pada masyarakat kota berlangsung sangat cepat, hal ini disebabkan karena banyaknya saluran yang tersedia serta keinginan dari masing-masing individu yang ingin maju kemudian didukung dengan kondisi lingkung yang modern dan bersifat baru.

    ReplyDelete

© 2011-2014 TUGAS-TUGAS KAMPUS. Designed by Bloggertheme9. Powered by Blogger.