Mobilitas Sosial Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan”
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia
modern, banyak orang berupaya melakukan mobilitas sosial. Mereka yakin bahwa
hal tersebut akan membuat orang menjadi lebih bahagia dan memungkinkan mereka melakukan
jenis pekerjaan yang paling cocok bagi diri mereka. Bila tingkat mobilitas
sosial tinggi, meskipun latar belakang sosial berbeda. Mereka tetap dapat
merasa mempunyai hak yang sama dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih
tinggi. Bila tingkat mobilitas sosial rendah, tentu saja kebanyakan orang akan
terkukung dalam status nenek moyang mereka. Mereka hidup dalam kelas sosial
tertutup.
Mobilitas sosial
lebih mudah terjadi pada masyarakat terbuka karena lebih memungkinkan untuk
berpindah strata. Sebaliknya, pada masyarakat yang sifatnya tertutup
kemungkinan untuk pindah strata lebih sulit. Contohnya, masyarakat feodal atau pada masyarakat yang menganut sistem kasta. Pada masyarakat yang menganut sistem kasta, bila
seseorang lahir dari kasta yang paling rendah untuk selamanya ia tetap berada
pada kasta yang rendah. Dia tidak mungkin dapat pindah ke kasta yang lebih
tinggi, meskipun ia memiliki kemampuan atau keahlian. Karena yang menjadi
kriteria stratifikasi adalah keturunan. Dengan demikian, tidak terjadi gerak
sosial dari strata satu ke strata lain yang lebih tinggi. Jika kita berbicara
tentang mobilitas sosial, biasanya kita berpikir tentang perpindahan dari suatu
tingkat yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi.
Sesungguhnya,
mobilitas sosial dapat berlangsung dalam dua arah. Sebagian orang mencapai
status yang lebih tinggi, dan sebagian orang lagi mengalami kegagalan atau
mengalami mobilitas sosial menurun. Ada pula orang-orang yang tetap tinggal
pada status yang dimiliki oleh orang tua mereka, atau tidak mengalami
mobilitas.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa defenisi dari Mobilitas Sosial?
2.
Bagaimana Mobilitas Sosial masyarakat pedesaan dan perkotaan?
C. Tujuan Penulisan
Kami penulis makalah ini berharap pembaca dapat
memperoleh tambahan pengetahuan mengenai mobilitas sosial sehingga nantinya
dapat bermanfaat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Mobilitas Sosial
Secara definisi, mobilitas berasal dari bahasa Latin mobilis, artinya mudah dipindahkan atau
banyak bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Mobilitas sosial (social
mobility) adalah suatu mobilitas dalam struktur sosial, yaitu pola-pola
tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial
mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara
individu dengan kelompoknya.
Mobilitas sosial (social mobility) secara umum adalah perpindahan
individu, keluarga, atau kelompok sosial dari satu lapisan ke lapisan sosial
lainnya.
Berikut adalah pengertian mobilitas sosial yang
dikemukakan oleh beberapa ahli sosiologi.
v
William Kornblum (1918: 172)
Mobilitas sosial adalah perpindahan individu-individu, keluarga-keluarga,
dan kelompok sosialnya dari satu lapisan ke lapisan sosial lainnya.
v
Michael S. Bassis (1988: 276)
Mobilitas sosial adalah perpindahan ke atas atau ke bawah lingkungan sosial
ekonomi yang mengubah status sosial seseorang dalam masyarakat.
v
H. Edward Ransfrod (Sunarto, 2001: 108)
Mobilitas sosial adalah perpindahan ke atas atau ke bawah dalam lingkungan
sosial secara hierarki.
Berikut adalah beberapa jenis mobilitas sosial
berdasarkan tipenya, yaitu:
1.
Mobilitas sosial vertikal
Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan individu
atau objek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang
tidak sederajat. Dilihat dari kemungkinan arah yang dapat dilakukan, maka
mobilitas sosial vertikal dibedakan menjadi dua.
a)
Mobilitas sosial vertikal naik (social climbing mobility)
Mobilits sosial vertikal naik, artinya perpindahan
seseorang ke kelas sosial yang lebih tinggi dari sebelumnya. Mobilitas sosial
vertikal ke atas mempunyai dua bentuk yang utama, yaitu:
·
Masuknya individu-individu yang mulanya memiliki kedudukan lebih rendah ke dalam kedudukan yang lebih
tinggi. Contoh, pak Erwin adalah seorang guru sosiologi di salah satu sekolah
SMA. Karena menuhi persyaratan, ia diangkat menjadi kepala sekolah.
·
Pembentukan suatu kelompok baru yang kemudian ditempatkan pada derajat yang lebih tinggi dari
kedudukan individu-individu pembentuk kelompok tersebut. Contoh, Pembentukan organisasi baru memungkinkan seseorang
untuk menjadi ketua dari organisasi baru tersebut, sehingga status sosialnya
naik.
b)
Mobilitas sosial vertikal turun (social sinking mobility)
Mobilitas sosial vertikal turun, artinya perpindahan
seseorang ke kelas sosial yang lebi rendah dari sebelumnya. Mobilitas sosial
turun terdiri atas dua bentuk utama, yaitu:
·
Turunnya kedudukan individu ke kedudukan yang lebih rendah dari sebelumnya.
Contoh, seorang direktur suatu perusahaan turun statusnya menjadi operator
mesin.
·
Turunnya derajat suatu kelompok individu yang dapat berupa disintegrasi
kelompok dalam suatu kesatuan. Contoh, saat suatu perusahaan keluarga bangkrut karena
perpecahan di antara pengelolanya, maka kelas sosial keluarga pemilik sebagai kelompok
sosial akan turun ke kelas sosial yang lebih rendah dan bukan lagi kelas atas.
2.
Mobilitas sosial horizontal
Mobilitas sosial horizontal adalah peralihan individu
atau kelompok sosial dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang
sederajat. Misalnya:
a)
Berganti kewarganegaraan dari warga negara Malaysia menjadi warga negara Republik Indonesia.
b)
Seorang guru sekolah SMA pindah menjadi guru sekolah SMK.
3.
Mobilitas sosial lateral/geografis
Mobilitas sosial lateral/geografis adalah perpindahan orang-orang,
baik secara individu maupun kelompok, dari unit-unit wilayah (ruang) satu ke
unit wilayah lain yang secara tidak langsung mengubah status sosial seseorang. Mobilitas
sosial lateral ada dua, yaitu:
·
Mobilitas permanen, yaitu mobilitas yang bermaksud melakukan perpinddahan
permanen/menetap.
·
Mobbilitas tidak permanen, yaitu segala bentuk mobilitas individu atau
kelompok yang bersifat sementara, jangka pendek, dan tidak bermaksud pindah
secara permanen.
4.
Mobilitas sosial struktural
Menurut bassis, mobilitas sosial struktural adalah
mobilitas yang disebabkan oleh inovasi teknologi, urbanisasi, pertumbuhan
ekonomi, peperangan, dan kejadian-kejadian lainnya yang mengubah struktur dan
jenis kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Berikut adalah mobilitas sosial berdasarkan ruang
lingkup, yaitu:
1.
Mobilitas intragenerasi
Mobilitas sosial intragenerasi adalah mobilitas sosial
yang dialami seseorang selama masa hidupnya (dalam satu generasi). Misalnya,
pengcer koran yang berhasil menjadi agen utama koran, seorang staf pengajar
berhasil menjadi kepala sekolah tempat ia mengajar.
2.
Mobilitas antargenerasi
Mobilitas antargenerasi adalah mobilitas sosial yang
terjadi antara dua generasi atau lebih. Mobilitas antargenerasi mengacu kepada
keluarga sendiri dibandingkan dengan status sosial yang dimiliki orang tuanya.
B. Faktor-Faktor Mobilitas Sosial
1.
Faktor-Faktor Pendorong Mobilitas Sosial
a.
Perubahan kondisi sosial
Struktur kasta dan kelas dapat berubah dengan sendirinya karena
adanya perubahan dari dalam dan dari luar masyarakat. Misalnya, kemajuan teknologi membuka timbulnya mobilitas ke atas.
b.
Pembagian kerja
Besarnya peluang terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh
tingkat pembagian kerja yang ada. Jika tingkat pembagian kerja tinggi dan
sangat dispeliasisasikan, maka mobilitas akan menjadi lemah dan menyulitkan
orang bergerak dari satu strata ke strata yang lain karena spesialisasi
pekerjaan menuntut keterampilan khusus. Kondisi ini memacu anggota masyarakat
untuk lebih kuat berusaha agar dapat menempati status tersebut.
c.
Tingkat fertilitas (kelahiran) yang berbeda
Kelompok masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi dan
pendidikan rendah cenderung memiliki tingkat fertilitas yang tinggi. Pada pihak
lain, masyarakat kelas sosial yang lebih tinggi cenderung membatasi tingkat
reproduksi dan angka kelahiran. Pada saat itu, orang-orang dari tingkat ekonomi
dan pendidikan yang lebih rendah mempunyai kesempatan untuk banyak bereproduksi
dan memperbaiki kualitas keturunan. Dalam situasi itu, mobilitas sosial dapat
terjadi.
d.
Kemudahan dalam mengakses pendidikan
Jika pendidikan berkualitas mudah didapat, tentu
mempermudah orang untuk melakukan pergerakan/mobilitas dengan berbekal ilmu
yang diperoleh saat menjadi peserta didik. Sebaliknya, kesulitan dalam
mengakses pendidikan yang bermutu, menjadikan orang yang tak menjalani
pendidikan yang bagus, kesulitan untuk mengubah status, akibat dari kurangnya
pengetahuan.
2.
Faktor-Faktor Penghambat Mobilitas Sosial
a.
Perbedaan ras dan agama
Mobilitas sosial dapat terhambat karena
faktor ras dan agama. Perbedaan ras
menimbulkan perbedaan status sosial. Misalnya,
seperti yang terjadi di Afrika Selatan dimasa lalu, dimana ras berkulit
putih berkuasa dan tidak memberi kesempatan kepada mereka yang berkulit hitam
untuk dapat duduk bersama-sama di pemerintahan sebagai penguasa. Sistem ini
disebut Apharteid dan dianggap berakhir ketika Nelson
Mandela, seorang kulit hitam, terpilih menjadi presiden Afrika Selatan.
b.
Diskriminasi kelas dalam sistem kelas terbuka
Diskriminasi kelas dalam sistem kelas
terbuka dapat menghalangi mobilitas ke atas. Hal itu terbukti dengan adanya
pembatasan keanggotaan suatu organisasi tertentu dengan berbagai syarat dan
ketentuan, misalnya jumlah anggota DPR dibatasi hanya 500 orang.
c.
Kemiskinan
Kemiskinan dapat membatasi kesempatan
bagi seseorang untuk berkembang dan mencapai suatu sosial tertentu. Contoh,
seorang anak memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahnya karena kedua
orangtuanya tidak mampu membiayai, sehingga ia tidak memiliki kesempatan untuk
meningkatkan status sosialnya.
d.
Perbedaan jenis kelamin (gender) dalam masyarakat
Perbedaan jenis kelamin dalam
masyarakat juga berpengaruh terhadap prestasi, kekuasaan, status sosial, dan
kesempatan-kesempatan untuk meningkatkan status sosialnya. Contoh, wanita yang
hidup di desa yang masih sederhana merasa bahwa perannya hanyalah sebagai ibu
rumah tangga.
C. Mobilitas Sosial Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
Masyarakat (sebagai
terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang
membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana
sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam
kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam
bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah
suatu jaringan hubungan-hubungan antarentitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya,
istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama
dalam satu komunitas yang teratur.
1.
Mobilitas Sosial Masyarakat Pedesaan
a.
Mobilitas sosial bisa saja tidak dapat terjadi karena terdapat sistem kelas
sosial yang tertutup, seperti penggunaan kasta.
b.
Mobilitas sosial berjalan lambat karena saluran mobilitas sosial terbatas.
c.
Pada masyarakat pedesaan terdapat lebih banyak faktor-faktor yang
menghambat mobilitas sosial, misalnya saja masih terdapat pembedaan jenis
kelamin (gender).
d.
Mobilitas sosial pada masyarakat desa lebih sulit terjadi karena masyarakat
desa cenderung tidak mau menerima sesuatu yang baru, sehingga pengetahuan
masyarakat cenderung tidak berkembang.
e.
Pada masyarakat desa, yang terpenting bagi mereka adalah melakukan segala
sesuatu sesuai dengan adat atau tradisi. Mereka tidak ingin melakukan inovasi
ataupun perubahan, sehingga hampir tidak ada mobilisasi.
f.
Dengan adanya sistem kasta pada masyarakat desa, maka tertutuplah peluang
bagi masyarakat kelas rendah untuk melakukan mobilisasi dari saluran manapun.
2.
Mobilitas Sosial Masyarakat Perkotaan
a.
Pada masyarakat kota tidak terdapat kelas sosial yang tertutup, sehingga
setiap orang dapat dengan bebas melakukan mobilitas sosial.
b.
Saluran mobilitas sosial di kota sangat banyak, sehingga memungkinkan
setiap penduduknya selalu melakukan mobilitas sosial dari berbagai saluran.
c.
Mobilitas sosial pada masyarakat kota berlangsung sangat cepat, hal ini
disebabkan karena banyaknya saluran yang tersedia serta keinginan dari
masing-masing individu yang ingin maju.
d.
Faktor penghambat mobilitas sosial yang ditemui pada masyarakat kota lebih
sedikit jika dibandingkan dengan faktor pendorong mobilitas sosial.
e.
Penduduk kota selalu bersifat terbuka terhadap sesuatu hal yang baru,
sehingga penduduk kota memiliki kesempatan yang lebih besar dalam melakukan
mobilitas sosial.
f.
Masyarakat kota selalu bahkan senang melakukan inovasi, sehingga selalu
terjadi mobilisasi pada masyarakat kota.
g.
Dengan tidak adanya sistem kasta pada masyarakat kota, maka tidak tertutup
segala kemungkinan untuk melakukan mobilisasi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam mobilitas
sosial masyarakat pedesaan cenderung sulit untuk terjadinya mobilisasi karena masyarakat
desa memiliki sifat masyarakat yang tertutup sehingga hal yang bersifat baru
sulit merubah adat atau tradisi yang sudah ada dalam masyarakat pedesaan.
Sedangkan
mobilitas sosial masyarakat perkotaan, masyarakatnya cenderung bersifat terbuka
sehingga mobilitas sosial pada masyarakat kota berlangsung sangat cepat, hal
ini disebabkan karena banyaknya saluran yang tersedia serta keinginan dari
masing-masing individu yang ingin maju kemudian didukung dengan kondisi
lingkung yang modern dan bersifat baru.
B. Saran
Kami penulis
sadar bahwa makalah kami ini jauh dari kata sempurna sehingga kami harapkan
kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah kami ini.
DAFTAR PUSTAKA
Muin, Udianto. 2006. Sosiologi SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
www.Wikipedia.com/mobilitas sosial mayarakat
pedesaan dan perkotaan
Kesimpulannya..Dalam mobilitas sosial masyarakat pedesaan cenderung sulit untuk terjadinya mobilisasi karena masyarakat desa memiliki sifat masyarakat yang tertutup sehingga hal yang bersifat baru sulit merubah adat atau tradisi yang sudah ada dalam masyarakat pedesaan.
ReplyDeleteSedangkan mobilitas sosial masyarakat perkotaan, masyarakatnya cenderung bersifat terbuka sehingga mobilitas sosial pada masyarakat kota berlangsung sangat cepat, hal ini disebabkan karena banyaknya saluran yang tersedia serta keinginan dari masing-masing individu yang ingin maju kemudian didukung dengan kondisi lingkung yang modern dan bersifat baru.