BAB I
A.
Latar Belakang
Diera
modern ini banyak sekali ancaman-ancaman untuk anak-anak kita yang masih dalam
masa pertumbuhan. Kelalaian orang tua dapat menjadikan anak salah bergaul atau
dapat melakukan hal-hal yang menyimpang. Kemajuan teknologi dapat mempermudah
anak-anak untuk tidak sengaja melihat, sekedar coba-coba bahkan sampai
kepanduan. Seperti beredarnya VCD porno, foto sampai video porno di internet.
Hand phone multimedia, atau sampai menjadi
korban pelecehan seksual dari orang dewasa. Dan kebanyakan korbannya adalah
berawal dari anak-anak yang tidak mengetahui hal-hal tersebut sampai pada
akhirnya mereka tidak menjadi melihat dan akhirnya menjadi ketagihan dan
dianggap bisa.
Terlepas
dari pro dan kontra pemblokiran situs porno yang sempat marak diberitakan di
berbagai media. Di era globalisasi sekarang ini pengenalan seks sejak dini
dirasa cukup penting, mengingat anak-anak dengan mudah mendapat informasi dari
berbagai media seperti majalah, buku, TV, VCD & internet. Terlebih bagi
kita sebagai orang tua, tentu kita tidak menginginkan anak-anak kita mencari
pengetahuan tentang seks dengan cara sendiri seperti mengakses situs porno atau
menonton VCD porno dll.
Memang
bagi sebagian orang membicarakan seks dengan anak mungkin masih dianggap tabu.
Pendidikan seks ini dimaksudkan agar anak-anak mengetahui seks secara benar dan
diharapkan mereka bisa menghindarkan diri dari perilaku seks bebas. Pendidikan
seks yang dimaksud antara lain dengan mengenalkan orang-orang seks yang
dianggap seiring bertambahnya usia anak organ itu akan tumbuh juga. Bisa juga
dijelaskan tentang hormon seks dalam darah dan pengaruhnya terhadap tubuh
seseorang, misalnya bagi perempuan ditandai dengan tumbuhnya payudara,
tumbuhnya rambut pubis dan menstruasi. Pada laki-laki bisa diberikan pengertian
tentang pertumbuhan alat kelamin, perubahan yang terjadi pasca akil baligh /
mimpi basah dll. Yang disertai adanya perubahan emosi dan psikologi.
Pengenalan
seks dini untuk menjelaskan bahwa seks adalah sesuatu yang alamiah, bukan
porno. Pelajaran seks juga perlu disamping untuk menumbuhkan rasa percaya diri
pada anak juga untuk menjaga diri si anak dari perilaku-perilaku yang tidak
sewajarnya, misalnya pelecehan terhadap anak di bawah umur yang terkadang
mereka tidak menyadari tindakan tersebut sebagai pelecehan seksual. Disamping
tentu yang tak kalah pentingnya penekanan pendidikan Agama yakni adanya
larangan untuk melakukan seks pra nikah atau seks di luar nikah.
B.
Rumusan Masalah
- Apa itu pendidikan seks?
- Mengapa pendidikan seks penting bagi generasi muda?
- Bagaimana pelaksanaan program-program yang diterapkan dalam pendidikan seks bagi generasi muda?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Perdebatan
tentang perlu tidaknya pendidikan seks diberikan kepada anak bermula dari
keprihatinan terhadap pergaulan remaja saat ini. Para pemerhati masalah remaja
berpendapat, seks bebas yang sekarang ini menggejala salah satunya disebabkan
karena pengetahuan remaja tentang seksualitas masih sangat rendah. Karena itu,
diperlukan upaya-upaya untuk memasyarakatkan pendidikan seks pun mulai
digulirkan. Bahkan ada pendapat bahwa pendidikan seks harus diberikan sedini
mungkin. Jika perlu, di bangku persekolahan pun kurikulum yang membahas khusus
tentang pendidikan seks. Benarkah sepenting itu pendidikan seks bagi anak?
Bagaimana Islam memandang persoalan ini? Apa itu pendidikan seks?
Ada
banyak pengertian tentang apa itu pendidikan seks, bergantung pada sudut pandang
yang dipakai. Menurut Drs. Abdullah Nashih Ulwan, pendidikan seks adalah upaya
pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah seksual yang
diberikan kepada anak sejak ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan
seks, naluri, dan perkawinan. Dengan begitu jika anak telah dewasa, ia akan
dapat mengetahui masalah-masalah yang diharamkan dan dihalalkan; bahkan
menerapkan perilaku dan tidak akan memenuhi naluri seksualnya dengan cara-cara
yang tidak Islami.
Pendidikan
seks di dalam Islam merupakan bagian integral dari pendidikan akidah, akhlak,
dan ibadah. Terlepasnya pendidikan seks dengan ketiga unsur itu akan
menyebabkan ketidakjelasan arah dari pendidikan seks itu sendiri, bahkan
mungkin akan menimbulkan kesesatan dan penyimpangan dari tujuan asal manusia
melakukan kegiatan seksual dalam rangka pengabdian Allah. Oleh karena itu,
pelaksanaan pendidikan seks tidak boleh menyimpang dari tuntutan syariat Islam
B.
Pokok-Pokok Pendidikan Seks
Perspektif Islam
Diantara
pokok-pokok pendidikan seks yang
bersifat praktis, yang perlu diajarkan kepada anak adalah:
- Menanamkan Rasa Malu Pada Anak
Rasa
malu harus ditanamkan kepada anak sejak dini. Jangan biasakan anak-anak, walau
anak-anak masih kecil bertelanjang di depan orang lain; misalnya keluar kamar
mandi, berganti pakaian, dan sebagainya. Membiasakan anak perempuan sejak kecil
berbusana Muslimah menutup aurat juga penting untuk menanamkan rasa malu
sekaligus mengajarkan anak tentang akuratnya.
- Menanamkan Jiwa Maskulinitas Pada Anak Laki-Laki dan Jiwa Feminitas Pada Anak Perempuan
Secara
fisik maupun psiksi, laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan tersebut telah
diciptakan sedemikian rupa oleh Allah. Adanya perbedaan ini bukan untuk saling
merendahkan. Mengingat perbedaan tersebut, Islam telah memberikan tuntunan agar
masing-masing fitrah yang telah ada tetap terjaga. Islam menghendaki agar
laki-laki memiliki kepribadian maskulin dan perempuan memiliki kepribadian
feminim. Islam tidak menghendaki wanita menyerupai laki-laki begitu juga
sebelumnya. Untuk itu, harus dibiasakan dari kecil anak-anak berpakaian sesuai
dengan jenis kelaminnya. Merek juga harus diperlakukan sesuai dengan jenis
kelaminnya. Ibnu Abbas ra. berkata:
“Rasulullah SAW,
melaknat laki-laki yang berlagak wanita dan wanita yang berlagak meniru
laki-laki (HR Al-Bukhari)
- Memisahkan Tempat Tidur Mereka
Usia
antar 7-10 tahun merupakan usia saat anak mengalami perkembangan yang pesat.
Anak mulai melakukan eksplorasi ke dunia luar. Anak tidak hanya berpikir
tentang dirinya, tetapi juga mengenai sesuatu yang ada diluar dirinya.
Pemisahan tempat tidur merupakan upaya untuk menanamkan kesadaran pada anak tentang eksistensi
dirinya. Jika pemisahan tempat tidur tersebut terjadi antara dirinya dan orang
tuanya, setidaknya anak telah dilatih untuk berani mandiri. Anak juga dicoba
untuk belajar melepaskan perilaku lekatnya (attachment behavior) dengan orang
tuanya. Jika pemisahan tempat tidur dilakukan terhadap anak dengan saudaranya
yang berbeda jenis kelamin, secara langsung ia telah menimbulkan kesadarannya
tentang eksistensi perbedaan jenis kelamin.
- Mengenalkan Waktu Berkunjung (meminta izin dalam 3 waktu)
Tiga
ketentuan waktu yang tidak diperbolehkan anak-anal untuk memasuki ruangan
(kamar) orang dewasa kecuali meminta izin terlebih dahulu adalah: sebelum
shalat subuh, tengah hari, dan setelah shalat isya. Aturan ini ditetapkan
mengingat di antara ketiga waktu tersebut merupakan waktu aurat, yakni waktu
ketika badan atau aurat orang dewasa banyak terbuka (lihat : QS Al-Ahzab
[33]:13). Jika pendidikan semacam ini ditanamkan pada anak maka ia akan menjadi
anak yang memiliki rasa sopan-santun dan etika yang luhur.
- Mendidikkan Menjaga Kebersihan Alat Kelamin.
Mengajari
anak untuk menjaga kebersihan alat kelamin selain agar bersih dan sehat
sekaligus juga mengajari anak tentang
najis. Anak juga harus dibiasakan untuk buang air pada tempatnya (toilet
training). Dengan cara ini akan terbuka pada diri anak sikap hati-hati,
mandiri, mencintai kebersihan, mampu menguasai diri, disiplin, dan sikap moral
yang memperhatikan tentang etika sopan dalam melakukan hajat.
- Mengenalkan Mahram-nya.
Tidak
semua perempuan berhak dinikahi oleh laki-laki. Siapa saja perempuan diharamkan
dan yang dihalalkan telah dilakukan oleh syariat Islam. Ketentuan ini harus
diberikan pada akan agar ditaati. Dengan memahami kedudukan perempuan yang
menjadi mahram, diupayakan agar anak mampu menjaga pergaulan sehari-harinya
dengan selain wanita yang bukan mahram-nya. Inilah salah satu bagian penting
dikenalkannya kedudukan orang-orang yang haram dinikahi dalam pendidikan seks
anak. Dengan demikian dapat diketahui dengan tegas bahwa Islam mengharamkan
incest, yaitu pernikahan yang dilakukan antara saudara kandung atau mahram-nya.
Siapa saja mahram tersebut, Allah SWT telah menjelaskannya dalam surat An-Nisa’
(4) ayat 22-23.
- Mendidik Anak Agar Selalu Menjaga Pandangan Mata
Telah
menjadi fitrah bagi setiap manusia untuk tarik dengan lawan jenisnya. Namun,
jika fitrah tersebut dibiarkan bebas lepas tanpa kendali, justru hanya akan
merusak kehidupan manusia itu sendiri. Begitu pula dengan mata yang dibiarkan
melihat gambar-gambar atau film yang mengandung unsur pornografi dan pornoaksi.
- Mendidik Anak Agar Tidak Melakukan Ikhtilat
Ikhtilat
adalah bercampur-baurnya laki-laki dan perempuan bukan mahram tanpa adanya
keperluan yang dibolehkan oleh syariat Islam. Perbuatan semacam ini pada masa
sekarang sudah dianggap biasa. Mereka bebas mengumbar pandangan, saling
berdekatan dan bersentuhan; seolah tidak ada lagi batas yang ditentukan syariah
guna mengatur interaksi di antar mereka. Ikhltilat dilarang karena interaksi
semacam ini bisa menjadi mengantar pada perbuatan zina yang diharamkan Islam.
Karena itu, jangan dibiasakan anak diajak ke tempat-tempat yang didalamnya
terjadi pencampuran laki-laki dan perempuan secara bebas.
- Mendidik Anak Agar Tidak Melakukan Khalwat
Dinamakan
khalwat jika seseorang laki-laki dan wanita bukan mahramnya berada di suatu
tempat, hanya berdua saja. Biasanya mereka memilih tempat yang tersembunyi,
yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Sebagaimana ikhtilat, khalwat pun
merupakan perantara bagi terjadinya perbuatan zina. Anak-anak sejak kecil harus
diajari untuk menghindari perbuatan semacam ini. Jika bermain, bermainlah
dengan sesama jenis, harus diingatkan untuk tidak ber-khalwat.
- Mendidik Etika Berhias
Berhias,
jika tidak diatur secara Islami, akan menjerumuskan seseorang pada perbuatan
dosa. Berhias berarti usaha untuk memperindah dan mempercantik diri agar bisa
berpenampilan menawan. Tujuan pendidikan seks dalam kaitannya dengan etika
berhias adalah agar berhias tidak untuk perbuatan maksiat.
- Ihtilam dan Haid
Ihtilam
adalah tanda anak laki-laki sudah mulai memasuki usia balig. Adapun haid
dialami oleh anak perempuan. Mengenalkan anak tentang ihtilam dan haid tidak
hanya sekedar untuk bisa memahami anak dari pendekatan fisiologis dan
psikologis semata. Jika terjadi ihtilam dan haid. Islam telah mengatur beberapa
ketentuan yang berkaitan dengan masalah tersebut, antar lain kewajiban untuk
melakukan mandi. Yang paling penting, harus ditekankan bahwa kini mereka telah
menjadi Muslim dan Muslimah dewasa yang wajib terikat pada semua ketentuan
syariah. Artinya mereka harus diarahkan menjadi manusia yang bertanggung jawab
atas hidupnya sebagai hamba Allah yang taat.
Itulah beberapa hal yang
harus dijadikan kepada anak berkaitan degan pendidikan seks.
C.
Proses
Dalam proses kurikulum pendidikan seks
yang Islami (Athar, 1993) sebaiknya mencakup:
a.
Pertumbuhan dan
Perkembangan Seksual
Ø Tabel
Pubertas
ü Masa
tmayiz (masa pra pubrtas), yaitu usia antara 7-10 tahun.
ü Masa
murahaqah (masa peralihan atau pubertas), yaitu usia antara 10-14 tahun.
ü Masa
baligh (masa adolesen), pada usia antara 14-16 tahun (tanda-tanda : laki-laki :
perempuan : mimpi bersetubuh, keluar darah haid)
ü Masa
pemuda
ü Perubahan
fisik selama masa pubertas
ü Kebutuhan
akan kehidupan keluarga
b.
Fisiolgi dari Sistem
Reproduksi
Ø Untuk
anak perempuan – organ seksual dan fungsinya, haid, gejala-gejala sebelum haid
Ø Untuk
anak laki-laki – organ seksual dan fungsinya, dorong seksual
c.
Kehamilan, perkembangan
cabang bayi dalam perut, dan kelahiran
d.
Penyakit-penyakit kelamin
(VD/AIDS) (penekanan pada aspek Islami)
e.
Aspek mental, emosi dan
sosial pada masa pubertas
f.
Etika sosial, moral dan
religius dan pubertas
Ø Menanamkan
rasa malu (haya’) pada anak
Ø Mendidik
agar anak laki-laki bersikap dan bergaya menyerupai perempuan dan anak
perempuan tidak bersikap dan bergaya menyerupai laki-laki. “sesungguhnya Allah mengutuk pria lelaki yang bersikap dan bergaya
seperti wanita, dan para wanita yang bersikap dan bergaya seperti laki”. (HR.
Iman Bukhari, Imam Abu Dawud, Iman Tirmdzi)
Ø Memisahkan
tempat tidur anak ketiak berusia 7 tahun (dengan orang tua dan anak yang
berlainan jenis)
Ø Mengenalkan
anak etika meminta ijin pada orang tua dalam 3 awktu (QS. An Nur: 58-59)
Ø Mendidik
anak agar senantiasa menjaga kebersihan alat kelaminnya
Ø Mengenalkan
anak siapa mahram-nya (QS. An Nisaa’ : 30-31)
Ø Mendidik
agar tidak melakukan ikhtilat (bercampur barunya laki-laki dan perempuan non
mahram tanpa adanya keperluan yang dibolehkan syara)
Ø Mendidik
anak agar tidak melakukan khalwat (berdua-duaan dengan non mahram)
Ø Mengajarkan
anak etika berpakaian yang menutup aurat
Ø Mengenalkan
ihtilam pada anak laki-laki dan haid pada anak perempuan dan kewajiban syara’
yang terkait dengannya.
Ø Mendidik
anak agar senantiasa isti’faf (menjaga kehormatan diri)
g. Bagaimana
menghindari tekanan atau pengaruh negatif dari teman sebaya
“seseorang itu akan
mengikuti agama temannya maka hendaklah seseorang diantar kamu memperhatikan
orang yang ditemaninya itu” (HR. Iman Tirmidzi)
Dr. Ekram dan Mohamed Rida Beshir
mengatakan dalam bukunya Parenting in the West, 2003 lingkungan sangat
berpengaruh pada tingkah laku anak. Peranan orang tua adalah menjamin
lingkungan positif bagai perkembangan karakter dan moral keluarga berupa:
1.
Dukungan dari dalam,
dimana anak memiliki hubungan yang kuat dengan Allah SWT
2.
Dukungan dari keluarga,
berupa diskusi terbuka mengenai masalah yang dihadapi anak
3.
Keluarga besar muslim,
membantu dalam pemberian pendidikan pada pemuda muslim/muslimah sebelum
menikah, proses ta’ruf, khitbah hingga penikahan.
Dengan dukungan tersebut anak Insya
Allah akan dapat menghadapi situasi lingkungan di sekitanya yang kadang tidak
menyehatkan rohani, tapi lebih dari itu pada aktif menumbuhkan nilai-nilai
Islam di lingkungannya. Untuk itu anak harus memiliki kepercayaan yang kuat
terhadap Islam (tidak berubah karena tekanan), bangga menjadi mengenai Islam
pada orang lain memberikan contoh apa yang seharusnya dilakukan sebagai seorang
muslim), dapat mengambil keputusan (menerima tantangan, siap menanggung resiko,
tidak kehilangan keberanian jika menghadapi sesuatu), memiliki daya tahan
(semakin berusaha jika tantangan keberanian besar, sabar dan tekun (istiqomah).
Selanjutnya menurut Sahar Kassaimah,
ketua editor majalah “American Muslim Kids” diskusi dengan anak dan remaja
mengenai seks adalah penting, karena merupakan alat untuk meyakinkan kita bahwa
mereka tidak mendapatkan informasi yang salah atau membingungkan. Jadi, kita
perlu mengajarkan agar anak segera memberitahu jika mendapat informasi yang
meragukan atau bahkan tekanan dan pengaruh negatif dari teman sebayanya. Jika
mereka merasa kita selalu ada saat mereka membutuhkan, dan pertanyaan beruntung
tidak pernah menggangu kita, maka mereka tidak akan ragu-ragu bertanya pada
kita. Tetapi, tentunya dengan berbagai kesibukan kita sehari-hari kita membuat
janji untuk memenuhi mereka jika ada yang lebih banyak waktu. Dengan cara ini,
mereka tidak akan mencari alternatif dari kawan sebaya, saudara kandung atau
teman-temannya.
Selanjutnya kita dapat lebih leluasa
mengajarkan pada mereka mengenai seks dalam perspektif Islam. Hal ini dapat
dimulai dengan Allah yang Maha Kuasa menciptakan manusia dan hewan dengan
berbagai kebutuhan dan keinginan (nafsu), termasuk keinginan (nafsu) yang
membedakan mereka dengan hewan. Semakin kita bermain, maka semakin kita dapat
mengontrol hawa nafsu dan kebutuhan kita, seks adalah bagian normal dalam
kehidupan manusia dan itu diawali setelah menikah sebagai karunia dari Allah
SWT dan akan dinilai sebagai ibadah oleh Allah SWT.
D. Program
Tip
# 1 : Mulailah Sejak Dini
Orang
tua sebaliknya mengajarkan anak pendidikan seks yang pada usia sedini mungkin.
Nilai-nilai moral sebaiknya ditanamkan pada anak sejak dini, sebelum masyarakat
mempengaruhinya. Jelaskan pada mereka mengapa kita perlu memiliki nilai-nilai
Islam. Contohnya, mengapa Allah melarang hubungan seks di luar pernikahan?
Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah olehmu
perbuatan zina, sebab di dalamnya terdapat 4 perkara, menghilangkan kewibawaan
wajah, memutuskan rezeki, membuat yang maha Pengasih marah, dan menyebabkan
kekekalan di dalam neraka”. (HR. Iman Thabrani)
Tip
# 1 : Berikan Pendidikan Seks yang Tepat Sesuai dengan Usia Anak
Memberikan
topik yang berbeda sesuai dengan usia anak adalah penting. Berbagai contoh,
seorang anak laki-laki mungkin memperhatikan ibunya tidak melaksanakan shalat
selama beberapa hari dalam sebulan dan akan bertanya mengapa. Kita dapat dengan
mudah mengatakan itu adalah waktu dimana Allah membebaskan wanita dari
kewajiban melaksanakan shalat. Pada usia 10 tahun, kita dapat mulai mengenalkan
masalah haid, karena pada saat itu anak akan lebih mengerti. Topik lain dari
masalah seksual dapat dikenalkan ketika anak membaca ayat-ayat AL-Qur’an
mengenai hubungan seks, haid, atau homosexual,
dengan kasus-kasus nyata.
Seks
juga dapat didiskusikan dalam konteks bersuci (thahara). Pada usia 6 atau 7
tahun, anak diajarkan cara membersihkan alat kelaminnya hadas kecil dan besar.
Ketika anak berusia 10 hingga 14 tahun, topik Ghusi (mandi janabah) dapat
diangkat dan jelaskan menceritakan cara Rasulullah SAW melakukan ghusl, yaitu dimulai dengan membasuh
kedua tangan dan kemaluan, menghilangkan najis, lalu berwudhu seperti berwudhu
untuk shalat kecuali kedua kaki. Keduanya diakhirkan sampai saat akhir mandi,
kemudian mengalirkan air keseluruh tubuh sebanyak tiga kali dan membasuh kedua
kaki pada bagian yang tidak terkena air (di sela-sela jari-jari kaki)
Tip
# 3 : Orang Tua Sebaiknya Membangun Hubungan Yang Baik Dengan Anak
Pendidikan
seks yang tepat hanya dapat diberikan jika pesan yang tepat dapat diberikan
orang tua baik secara eksplisit maupun implisit. Untuk itu harus ada
keterbukaan, atmosfir rumah yang tidak kaku dan dogmatis. Anak-anak akan dapat
merasakan bahwa orang tuanya saling mencintai dari cara orang tuanya berbicara
satu sama lain, dan akan menghargainya.
Tip
# 4 : Jadilah Teladan yang Baik untuk Anak
Cara
terbaik untuk mengajarkan dan menginformasikan nilai-nilai Islam pada anak
adalah dengan menjadi model bagi mereka. Artinya, anak bukan saja akan
memperhatikan hubungan suami isteri yang baik ketika mereka melihat kita, tapi
kita juga sebaiknya tidak melakukan aktivitas yang tidak sesuai dengan
pandangan kita sendiri mengenai seksualitas
E.
"Take a workshop on sexual health! Get the knowledge needed for a healthy relationship!" for complete information visit our website here https://ceritazeks.wordpress.com/
ReplyDelete