Blog Archive

Blog Archive

Powered by Blogger.

Labels

Labels

Pages - Menu

Saturday, April 13, 2013

MAKALAH TENTANG SEKS

Unknown     1:28 PM    



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Diera modern ini banyak sekali ancaman-ancaman untuk anak-anak kita yang masih dalam masa pertumbuhan. Kelalaian orang tua dapat menjadikan anak salah bergaul atau dapat melakukan hal-hal yang menyimpang. Kemajuan teknologi dapat mempermudah anak-anak untuk tidak sengaja melihat, sekedar coba-coba bahkan sampai kepanduan. Seperti beredarnya VCD porno, foto sampai video porno di internet. Hand phone multimedia,  atau sampai menjadi korban pelecehan seksual dari orang dewasa. Dan kebanyakan korbannya adalah berawal dari anak-anak yang tidak mengetahui hal-hal tersebut sampai pada akhirnya mereka tidak menjadi melihat dan akhirnya menjadi ketagihan dan dianggap bisa.
Terlepas dari pro dan kontra pemblokiran situs porno yang sempat marak diberitakan di berbagai media. Di era globalisasi sekarang ini pengenalan seks sejak dini dirasa cukup penting, mengingat anak-anak dengan mudah mendapat informasi dari berbagai media seperti majalah, buku, TV, VCD & internet. Terlebih bagi kita sebagai orang tua, tentu kita tidak menginginkan anak-anak kita mencari pengetahuan tentang seks dengan cara sendiri seperti mengakses situs porno atau menonton VCD porno dll.
Memang bagi sebagian orang membicarakan seks dengan anak mungkin masih dianggap tabu. Pendidikan seks ini dimaksudkan agar anak-anak mengetahui seks secara benar dan diharapkan mereka bisa menghindarkan diri dari perilaku seks bebas. Pendidikan seks yang dimaksud antara lain dengan mengenalkan orang-orang seks yang dianggap seiring bertambahnya usia anak organ itu akan tumbuh juga. Bisa juga dijelaskan tentang hormon seks dalam darah dan pengaruhnya terhadap tubuh seseorang, misalnya bagi perempuan ditandai dengan tumbuhnya payudara, tumbuhnya rambut pubis dan menstruasi. Pada laki-laki bisa diberikan pengertian tentang pertumbuhan alat kelamin, perubahan yang terjadi pasca akil baligh / mimpi basah dll. Yang disertai adanya perubahan emosi dan psikologi.
Pengenalan seks dini untuk menjelaskan bahwa seks adalah sesuatu yang alamiah, bukan porno. Pelajaran seks juga perlu disamping untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada anak juga untuk menjaga diri si anak dari perilaku-perilaku yang tidak sewajarnya, misalnya pelecehan terhadap anak di bawah umur yang terkadang mereka tidak menyadari tindakan tersebut sebagai pelecehan seksual. Disamping tentu yang tak kalah pentingnya penekanan pendidikan Agama yakni adanya larangan untuk melakukan seks pra nikah atau seks di luar nikah.
       
B.     Rumusan Masalah
  1. Apa itu pendidikan seks?
  2. Mengapa pendidikan seks penting bagi generasi muda?
  3. Bagaimana pelaksanaan program-program yang diterapkan dalam pendidikan seks bagi generasi muda?



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Perdebatan tentang perlu tidaknya pendidikan seks diberikan kepada anak bermula dari keprihatinan terhadap pergaulan remaja saat ini. Para pemerhati masalah remaja berpendapat, seks bebas yang sekarang ini menggejala salah satunya disebabkan karena pengetahuan remaja tentang seksualitas masih sangat rendah. Karena itu, diperlukan upaya-upaya untuk memasyarakatkan pendidikan seks pun mulai digulirkan. Bahkan ada pendapat bahwa pendidikan seks harus diberikan sedini mungkin. Jika perlu, di bangku persekolahan pun kurikulum yang membahas khusus tentang pendidikan seks. Benarkah sepenting itu pendidikan seks bagi anak? Bagaimana Islam memandang persoalan ini? Apa itu pendidikan seks?
Ada banyak pengertian tentang apa itu pendidikan seks, bergantung pada sudut pandang yang dipakai. Menurut Drs. Abdullah Nashih Ulwan, pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan kepada anak sejak ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri, dan perkawinan. Dengan begitu jika anak telah dewasa, ia akan dapat mengetahui masalah-masalah yang diharamkan dan dihalalkan; bahkan menerapkan perilaku dan tidak akan memenuhi naluri seksualnya dengan cara-cara yang tidak Islami.
Pendidikan seks di dalam Islam merupakan bagian integral dari pendidikan akidah, akhlak, dan ibadah. Terlepasnya pendidikan seks dengan ketiga unsur itu akan menyebabkan ketidakjelasan arah dari pendidikan seks itu sendiri, bahkan mungkin akan menimbulkan kesesatan dan penyimpangan dari tujuan asal manusia melakukan kegiatan seksual dalam rangka pengabdian Allah. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan seks tidak boleh menyimpang dari tuntutan syariat Islam

B.     Pokok-Pokok Pendidikan Seks Perspektif Islam   
Diantara pokok-pokok pendidikan  seks yang bersifat praktis, yang perlu diajarkan kepada anak adalah:

  1. Menanamkan Rasa Malu Pada Anak 
Rasa malu harus ditanamkan kepada anak sejak dini. Jangan biasakan anak-anak, walau anak-anak masih kecil bertelanjang di depan orang lain; misalnya keluar kamar mandi, berganti pakaian, dan sebagainya. Membiasakan anak perempuan sejak kecil berbusana Muslimah menutup aurat juga penting untuk menanamkan rasa malu sekaligus mengajarkan anak tentang akuratnya.

  1. Menanamkan Jiwa Maskulinitas Pada Anak Laki-Laki dan Jiwa Feminitas Pada Anak Perempuan
Secara fisik maupun psiksi, laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan tersebut telah diciptakan sedemikian rupa oleh Allah. Adanya perbedaan ini bukan untuk saling merendahkan. Mengingat perbedaan tersebut, Islam telah memberikan tuntunan agar masing-masing fitrah yang telah ada tetap terjaga. Islam menghendaki agar laki-laki memiliki kepribadian maskulin dan perempuan memiliki kepribadian feminim. Islam tidak menghendaki wanita menyerupai laki-laki begitu juga sebelumnya. Untuk itu, harus dibiasakan dari kecil anak-anak berpakaian sesuai dengan jenis kelaminnya. Merek juga harus diperlakukan sesuai dengan jenis kelaminnya. Ibnu Abbas ra. berkata:
“Rasulullah SAW, melaknat laki-laki yang berlagak wanita dan wanita yang berlagak meniru laki-laki (HR Al-Bukhari) 
  
  1. Memisahkan Tempat Tidur Mereka  
Usia antar 7-10 tahun merupakan usia saat anak mengalami perkembangan yang pesat. Anak mulai melakukan eksplorasi ke dunia luar. Anak tidak hanya berpikir tentang dirinya, tetapi juga mengenai sesuatu yang ada diluar dirinya. Pemisahan tempat tidur merupakan upaya untuk menanamkan  kesadaran pada anak tentang eksistensi dirinya. Jika pemisahan tempat tidur tersebut terjadi antara dirinya dan orang tuanya, setidaknya anak telah dilatih untuk berani mandiri. Anak juga dicoba untuk belajar melepaskan perilaku lekatnya (attachment behavior) dengan orang tuanya. Jika pemisahan tempat tidur dilakukan terhadap anak dengan saudaranya yang berbeda jenis kelamin, secara langsung ia telah menimbulkan kesadarannya tentang eksistensi perbedaan jenis kelamin.
 
  1. Mengenalkan Waktu Berkunjung (meminta izin dalam 3 waktu)
Tiga ketentuan waktu yang tidak diperbolehkan anak-anal untuk memasuki ruangan (kamar) orang dewasa kecuali meminta izin terlebih dahulu adalah: sebelum shalat subuh, tengah hari, dan setelah shalat isya. Aturan ini ditetapkan mengingat di antara ketiga waktu tersebut merupakan waktu aurat, yakni waktu ketika badan atau aurat orang dewasa banyak terbuka (lihat : QS Al-Ahzab [33]:13). Jika pendidikan semacam ini ditanamkan pada anak maka ia akan menjadi anak yang memiliki rasa sopan-santun dan etika yang luhur.

  1. Mendidikkan Menjaga Kebersihan Alat Kelamin.
Mengajari anak untuk menjaga kebersihan alat kelamin selain agar bersih dan sehat sekaligus juga mengajari  anak tentang najis. Anak juga harus dibiasakan untuk buang air pada tempatnya (toilet training). Dengan cara ini akan terbuka pada diri anak sikap hati-hati, mandiri, mencintai kebersihan, mampu menguasai diri, disiplin, dan sikap moral yang memperhatikan tentang etika sopan dalam melakukan hajat.

  1. Mengenalkan Mahram-nya.
Tidak semua perempuan berhak dinikahi oleh laki-laki. Siapa saja perempuan diharamkan dan yang dihalalkan telah dilakukan oleh syariat Islam. Ketentuan ini harus diberikan pada akan agar ditaati. Dengan memahami kedudukan perempuan yang menjadi mahram, diupayakan agar anak mampu menjaga pergaulan sehari-harinya dengan selain wanita yang bukan mahram-nya. Inilah salah satu bagian penting dikenalkannya kedudukan orang-orang yang haram dinikahi dalam pendidikan seks anak. Dengan demikian dapat diketahui dengan tegas bahwa Islam mengharamkan incest, yaitu pernikahan yang dilakukan antara saudara kandung atau mahram-nya. Siapa saja mahram tersebut, Allah SWT telah menjelaskannya dalam surat An-Nisa’ (4) ayat 22-23.   
  1. Mendidik Anak Agar Selalu Menjaga Pandangan Mata
Telah menjadi fitrah bagi setiap manusia untuk tarik dengan lawan jenisnya. Namun, jika fitrah tersebut dibiarkan bebas lepas tanpa kendali, justru hanya akan merusak kehidupan manusia itu sendiri. Begitu pula dengan mata yang dibiarkan melihat gambar-gambar atau film yang mengandung unsur pornografi dan pornoaksi.

  1. Mendidik Anak Agar Tidak Melakukan Ikhtilat
Ikhtilat adalah bercampur-baurnya laki-laki dan perempuan bukan mahram tanpa adanya keperluan yang dibolehkan oleh syariat Islam. Perbuatan semacam ini pada masa sekarang sudah dianggap biasa. Mereka bebas mengumbar pandangan, saling berdekatan dan bersentuhan; seolah tidak ada lagi batas yang ditentukan syariah guna mengatur interaksi di antar mereka. Ikhltilat dilarang karena interaksi semacam ini bisa menjadi mengantar pada perbuatan zina yang diharamkan Islam. Karena itu, jangan dibiasakan anak diajak ke tempat-tempat yang didalamnya terjadi pencampuran laki-laki dan perempuan secara bebas.
   
  1. Mendidik Anak Agar Tidak Melakukan Khalwat
Dinamakan khalwat jika seseorang laki-laki dan wanita bukan mahramnya berada di suatu tempat, hanya berdua saja. Biasanya mereka memilih tempat yang tersembunyi, yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Sebagaimana ikhtilat, khalwat pun merupakan perantara bagi terjadinya perbuatan zina. Anak-anak sejak kecil harus diajari untuk menghindari perbuatan semacam ini. Jika bermain, bermainlah dengan sesama jenis, harus diingatkan untuk tidak ber-khalwat.
  1. Mendidik Etika Berhias
Berhias, jika tidak diatur secara Islami, akan menjerumuskan seseorang pada perbuatan dosa. Berhias berarti usaha untuk memperindah dan mempercantik diri agar bisa berpenampilan menawan. Tujuan pendidikan seks dalam kaitannya dengan etika berhias adalah agar berhias tidak untuk perbuatan maksiat.

  1. Ihtilam dan Haid
Ihtilam adalah tanda anak laki-laki sudah mulai memasuki usia balig. Adapun haid dialami oleh anak perempuan. Mengenalkan anak tentang ihtilam dan haid tidak hanya sekedar untuk bisa memahami anak dari pendekatan fisiologis dan psikologis semata. Jika terjadi ihtilam dan haid. Islam telah mengatur beberapa ketentuan yang berkaitan dengan masalah tersebut, antar lain kewajiban untuk melakukan mandi. Yang paling penting, harus ditekankan bahwa kini mereka telah menjadi Muslim dan Muslimah dewasa yang wajib terikat pada semua ketentuan syariah. Artinya mereka harus diarahkan menjadi manusia yang bertanggung jawab atas hidupnya sebagai hamba Allah yang taat.
Itulah beberapa hal yang harus dijadikan kepada anak berkaitan degan pendidikan seks.

C.    Proses
Dalam proses kurikulum pendidikan seks yang Islami (Athar, 1993) sebaiknya mencakup:


a.      Pertumbuhan dan Perkembangan  Seksual
Ø  Tabel Pubertas
ü  Masa tmayiz (masa pra pubrtas), yaitu usia antara 7-10 tahun.
ü  Masa murahaqah (masa peralihan atau pubertas), yaitu usia antara 10-14 tahun.
ü  Masa baligh (masa adolesen), pada usia antara 14-16 tahun (tanda-tanda : laki-laki : perempuan : mimpi bersetubuh, keluar darah haid)
ü  Masa pemuda
ü  Perubahan fisik selama masa pubertas
ü  Kebutuhan akan kehidupan keluarga

b.      Fisiolgi dari Sistem Reproduksi
Ø  Untuk anak perempuan – organ seksual dan fungsinya, haid, gejala-gejala sebelum haid
Ø  Untuk anak laki-laki – organ seksual dan fungsinya, dorong seksual

c.    Kehamilan, perkembangan cabang bayi dalam perut, dan kelahiran
d.   Penyakit-penyakit kelamin (VD/AIDS) (penekanan pada aspek Islami)
e.    Aspek mental, emosi dan sosial pada masa pubertas
f.     Etika sosial, moral dan religius dan pubertas

Ø  Menanamkan rasa malu (haya’) pada anak
Ø  Mendidik agar anak laki-laki bersikap dan bergaya menyerupai perempuan dan anak perempuan tidak bersikap dan bergaya menyerupai laki-laki. “sesungguhnya Allah mengutuk pria lelaki yang bersikap dan bergaya seperti wanita, dan para wanita yang bersikap dan bergaya seperti laki”. (HR. Iman Bukhari, Imam Abu Dawud, Iman Tirmdzi)
Ø  Memisahkan tempat tidur anak ketiak berusia 7 tahun (dengan orang tua dan anak yang berlainan jenis)
Ø  Mengenalkan anak etika meminta ijin pada orang tua dalam 3 awktu (QS. An Nur: 58-59)
Ø  Mendidik anak agar senantiasa menjaga kebersihan alat kelaminnya
Ø  Mengenalkan anak siapa mahram-nya (QS. An Nisaa’ : 30-31)
Ø  Mendidik agar tidak melakukan ikhtilat (bercampur barunya laki-laki dan perempuan non mahram tanpa adanya keperluan yang dibolehkan syara)
Ø  Mendidik anak agar tidak melakukan khalwat (berdua-duaan dengan non mahram)
Ø  Mengajarkan anak etika berpakaian yang menutup aurat
Ø  Mengenalkan ihtilam pada anak laki-laki dan haid pada anak perempuan dan kewajiban syara’ yang terkait dengannya.
Ø  Mendidik anak agar senantiasa isti’faf (menjaga kehormatan diri)

g.    Bagaimana menghindari tekanan atau pengaruh negatif dari teman sebaya
“seseorang itu akan mengikuti agama temannya maka hendaklah seseorang diantar kamu memperhatikan orang yang ditemaninya itu” (HR. Iman Tirmidzi)


Dr. Ekram dan Mohamed Rida Beshir mengatakan dalam bukunya Parenting in the West, 2003 lingkungan sangat berpengaruh pada tingkah laku anak. Peranan orang tua adalah menjamin lingkungan positif bagai perkembangan karakter dan moral keluarga berupa:
1.      Dukungan dari dalam, dimana anak memiliki hubungan yang kuat dengan Allah SWT
2.      Dukungan dari keluarga, berupa diskusi terbuka mengenai masalah yang dihadapi anak
3.      Keluarga besar muslim, membantu dalam pemberian pendidikan pada pemuda muslim/muslimah sebelum menikah, proses ta’ruf, khitbah hingga penikahan.

Dengan dukungan tersebut anak Insya Allah akan dapat menghadapi situasi lingkungan di sekitanya yang kadang tidak menyehatkan rohani, tapi lebih dari itu pada aktif menumbuhkan nilai-nilai Islam di lingkungannya. Untuk itu anak harus memiliki kepercayaan yang kuat terhadap Islam (tidak berubah karena tekanan), bangga menjadi mengenai Islam pada orang lain memberikan contoh apa yang seharusnya dilakukan sebagai seorang muslim), dapat mengambil keputusan (menerima tantangan, siap menanggung resiko, tidak kehilangan keberanian jika menghadapi sesuatu), memiliki daya tahan (semakin berusaha jika tantangan keberanian besar, sabar dan tekun (istiqomah).
Selanjutnya menurut Sahar Kassaimah, ketua editor majalah “American Muslim Kids” diskusi dengan anak dan remaja mengenai seks adalah penting, karena merupakan alat untuk meyakinkan kita bahwa mereka tidak mendapatkan informasi yang salah atau membingungkan. Jadi, kita perlu mengajarkan agar anak segera memberitahu jika mendapat informasi yang meragukan atau bahkan tekanan dan pengaruh negatif dari teman sebayanya. Jika mereka merasa kita selalu ada saat mereka membutuhkan, dan pertanyaan beruntung tidak pernah menggangu kita, maka mereka tidak akan ragu-ragu bertanya pada kita. Tetapi, tentunya dengan berbagai kesibukan kita sehari-hari kita membuat janji untuk memenuhi mereka jika ada yang lebih banyak waktu. Dengan cara ini, mereka tidak akan mencari alternatif dari kawan sebaya, saudara kandung atau teman-temannya.
Selanjutnya kita dapat lebih leluasa mengajarkan pada mereka mengenai seks dalam perspektif Islam. Hal ini dapat dimulai dengan Allah yang Maha Kuasa menciptakan manusia dan hewan dengan berbagai kebutuhan dan keinginan (nafsu), termasuk keinginan (nafsu) yang membedakan mereka dengan hewan. Semakin kita bermain, maka semakin kita dapat mengontrol hawa nafsu dan kebutuhan kita, seks adalah bagian normal dalam kehidupan manusia dan itu diawali setelah menikah sebagai karunia dari Allah SWT dan akan dinilai sebagai ibadah oleh Allah SWT.      
 
D.    Program
Tip # 1 : Mulailah Sejak Dini
Orang tua sebaliknya mengajarkan anak pendidikan seks yang pada usia sedini mungkin. Nilai-nilai moral sebaiknya ditanamkan pada anak sejak dini, sebelum masyarakat mempengaruhinya. Jelaskan pada mereka mengapa kita perlu memiliki nilai-nilai Islam. Contohnya, mengapa Allah melarang hubungan seks di luar pernikahan? Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah olehmu perbuatan zina, sebab di dalamnya terdapat 4 perkara, menghilangkan kewibawaan wajah, memutuskan rezeki, membuat yang maha Pengasih marah, dan menyebabkan kekekalan di dalam neraka”. (HR. Iman Thabrani)

Tip # 1 : Berikan Pendidikan Seks yang Tepat Sesuai dengan Usia Anak
Memberikan topik yang berbeda sesuai dengan usia anak adalah penting. Berbagai contoh, seorang anak laki-laki mungkin memperhatikan ibunya tidak melaksanakan shalat selama beberapa hari dalam sebulan dan akan bertanya mengapa. Kita dapat dengan mudah mengatakan itu adalah waktu dimana Allah membebaskan wanita dari kewajiban melaksanakan shalat. Pada usia 10 tahun, kita dapat mulai mengenalkan masalah haid, karena pada saat itu anak akan lebih mengerti. Topik lain dari masalah seksual dapat dikenalkan ketika anak membaca ayat-ayat AL-Qur’an mengenai hubungan seks, haid, atau  homosexual, dengan kasus-kasus nyata.
Seks juga dapat didiskusikan dalam konteks bersuci (thahara). Pada usia 6 atau 7 tahun, anak diajarkan cara membersihkan alat kelaminnya hadas kecil dan besar. Ketika anak berusia 10 hingga 14 tahun, topik Ghusi (mandi janabah) dapat diangkat dan jelaskan menceritakan cara Rasulullah SAW  melakukan ghusl, yaitu dimulai dengan membasuh kedua tangan dan kemaluan, menghilangkan najis, lalu berwudhu seperti berwudhu untuk shalat kecuali kedua kaki. Keduanya diakhirkan sampai saat akhir mandi, kemudian mengalirkan air keseluruh tubuh sebanyak tiga kali dan membasuh kedua kaki pada bagian yang tidak terkena air (di sela-sela jari-jari kaki)


Tip # 3 : Orang Tua Sebaiknya Membangun Hubungan Yang Baik Dengan Anak
Pendidikan seks yang tepat hanya dapat diberikan jika pesan yang tepat dapat diberikan orang tua baik secara eksplisit maupun implisit. Untuk itu harus ada keterbukaan, atmosfir rumah yang tidak kaku dan dogmatis. Anak-anak akan dapat merasakan bahwa orang tuanya saling mencintai dari cara orang tuanya berbicara satu sama lain, dan akan menghargainya.

Tip # 4 : Jadilah Teladan yang Baik untuk Anak
Cara terbaik untuk mengajarkan dan menginformasikan nilai-nilai Islam pada anak adalah dengan menjadi model bagi mereka. Artinya, anak bukan saja akan memperhatikan hubungan suami isteri yang baik ketika mereka melihat kita, tapi kita juga sebaiknya tidak melakukan aktivitas yang tidak sesuai dengan pandangan kita sendiri mengenai seksualitas     

E.      

0 comments :

© 2011-2014 TUGAS-TUGAS KAMPUS. Designed by Bloggertheme9. Powered by Blogger.